semalam kau tak datang
lalu pagi ini aku melawan dingin dengan membawa bunga segar di tangan
tak lain untuk menemuimu, dan kau menepati janji
kurasa, kau juga membawa bunga, tapi bunga yang berbeda
di penghujung jalan terakhir saat akan berpisah
kudengar senandung yang sempat kau ucapkan
terkesan jengah atau lelah
aku mengerti, karena kau memang putus asa
maaf, karena aku masih sama
maaf, karena aku pun putus asa dan lelah
aku lebih memilih duduk, enggan pergi
aku benci pagi yang dingin ini
pagi yang membuat bungaku layu
lalu aku menunggu bungaku kau segarkan kembali
tapi tidak kau lakukan
seperti ragaku yang juga layu, rohku terasa hilang
seperti telanjang merasakan dingin pagi
seperti tertatih menapaki ubin tua yang dingin
seperti menggaruk bagian yang tak gatal
air mata pun menguap, habis
aku tak tahan, tapi ku mencoba bertahan
lalu berdoa, agar dingin cepat berlalu
lantas
seperti mendengar suara hati "bukankah di tempat lain hangat?"
aku tak yakin, pun tak akan berjanji bahwa ini yang terakhir