berapa musim lagi?

 
                                                         pict from weheartit.com

kepada, lelaki yang tak sempat kutuliskan masa depanku di telapak tangannya.

bagaimana kabarmu?

bulan sudah agustus begitu pun sapamu yang kian jauh. kau tahu, aku sempat
bebal menerima takdir Tuhan setelah hari itu; ketika waktu memaksaku menelan
pergimu yang tak pernah hatiku setujui. hatiku berangsang, adakah namaku
di antara do'amu yang paling getir?

masih ingatkah kau, perihal hari dimana setiap kalimat yang kita ucapkan
menjadi do'a kita masing-masing dan aku memeluknya dengan jari-jariku
sendiri? sebab aku takut kau akan lalai. atau ingatkah kau, perihal malam yang
kita rayakan dengan sebuah pelukan sederhana di rumah ibumu?

lihatlah sekarang!

setiap malam aku gemar menghitung jumlah luka yang jatuh dalam dadaku.
berharap kelak aku mengerti bahwa kita memang tak akan pernah.
kemudian melukislah aku di antara isi kepalaku yang belintang dengan hati
yang selalu sama. aku rindu.

tuan?
berapa musim lagi yang harus aku habiskan dengan malam yang selalu
melahirkan pertanyaan yang sama?
ah, barangkali aku akan kelelahan memaknai ganjil yang selalu sia-sia jika
kugenapkan melulu.









d.


_____

di rumah mom
agustus, 2014