surat ke-50

(makassar, maret 2015)

beberapa hari yang lalu, ketika aku sampai di rumah, ekspresi mom sedikit kaget. hal itu sesuai harapanku lantaran aku tak memberinya kabar dan tiba-tiba saja aku muncul di depan pintu rumahnya. aku senang dan sejujurnya aku merasa kesepian di waktu bersamaan. lantas aku diam di pelukan mom beberapa saat, membenamkan wajah di pundaknya dan mencoba merasakan hangat dan menciumi wangi samar tubuhnya yang membuatku ingin menangis saja. aku merindukan mom, dan aku merindukanmu. kau sehat?

tentu saja, mom menanyakan alasanku pulang secara tiba-tiba begini dan aku tak terlalu jujur menjawabnya. aku hanya mengatakan bahwa ada urusan mendadak. aku yakin mom akan tertawa dan meledek jika mengetahui alasanku yang sebenarnya. bukankah, ada hal-hal yang memang tak seharusnya dibicarakan? setelahnya aku ke dapur mencari makanan dan melahap makanan aneh mom namun selalu kurindukan.

kau tahu, kemarin setelah menghadiri pernikahan mantan kekasihku itu, dalam perjalanan pulang ke rumah mataku sempat berkaca-kaca. lantas dengan make up yang belum benar-benar bersih, aku memutuskan untuk keluar rumah. mengganti pakaian dengan kemeja lantas meminta tolong kepada adik perempuanku untuk mengantarkanku keluar menghirup udara segar. aku merasa sesak, kupikir dengan menghadiri pernikahan mantan kekasihku ini aku tak perlu merasakan hal-hal semacam itu; sedih dan merasa ditinggalkan. bersama adikku ini aku berjalan menuju toko minuman untuk membeli beberapa makanan dan minuman dingin, lantas aku memutuskan untuk duduk di sebuah bangku panjang yang berada di depan toko. diam beberapa waktu lamanya membuatku merasa sedikit baikan. lagi-lagi hal seperti itu yang membuatku marah dengan diriku sendiri; merasakan sesuatu yang tak seharusnya kurasakan lagi. namun bukankah terkadang kita harus rela melepaskan? sebab ada hal-hal yang tak akan selamanya menjadi seperti yang kita inginkan. hubungan persahabatan yang berubah kekasih dan akhirnya menjadi mantan kekasih tak akan sama lagi rasanya. seperti ada yang hilang dan beberapa waktu lamanya kau seperti tak rela melepasnya.

ketika menulis ini aku sudah berada di bandara lantaran harus segera kembali ke bogor. cuaca sedikit buruk dan selama aku berada di makassar, hampir setiap hari kota ini diguyur hujan yang entah pagi, siang, sore, ataupun malam. hal itu kerap membuatku sedikit takut untuk naik pesawat. aku menghela napas, kepalaku sedikit sakit lantaran semalam aku tak bisa tidur, lantas aku menyandarkan diri di kursi panjang ruang tunggu bandara dan sibuk dengan pikiranku sendiri. kau tahu, aku kerap menikmati lalu-lalang manusia-manusia yang akan pergi, yang teburu-buru, yang mengomel jika pesawat delay, yang sedih, yang bahagia, ataupun yang berjalan perlahan sembari melamunkan sesuatu yang entah apa.

tentu saja dad sempat protes sebab hanya beberapa hari waktu yang kupunya. bukan hanya dad, tapi teman-temanku pun melakukan hal yang sama. mereka menahanku agar tidak pulang secepat ini, dan menghabiskan waktu beberapa hari lagi namun kau tahu sendiri bahwa aku tak bisa tinggal lebih lama lagi. banyak yang kutinggalkan di bogor yang menuntut untuk diselesaikan.

selama perjalananku beberapa hari ini aku sempat berkenalan dengan pasangan muda yang usia keduanya jauh di bawahku, mereka sudah mempunyai seorang anak. ah, sejujurnya aku iri melihatnya. teman-temanku pun tak ketinggalan menanyakan kapan aku menikah. pertanyaan yang membuatku merasa lebih dari sekedar sedih ketika mendengarnya. siapa perempuan yang tak menginginkan pernikahan? seakan sebuah pernikahan ialah bukti bahwa kau telah meraih tujuan hidup yang paling utama. yang akan membuatmu merasakan hidup sempurna dengan pasangan yang paling kau cintai. dan bukankah berbagi segala yang kau punya dengannya merupakan hal yang begitu menyenangkan?

maafkan aku, lantaran terkadang begitu membosankannya membaca surat-suratku. hanya saja aku ingin berbagi apa saja denganmu. kita tak bisa bertemu lagi, bukan? maka izinkan aku menulis apa saja untukmu. 

dudul.