(bogor, april 2015)
kemarin mom menelepon lantaran sudah seminggu aku tak memberinya kabar. dia bilang, sangat merindukan anaknya. ah, bukankah mendengar hal semacam itu sangat membahagiakan? aku juga selalu merindukanmu. kupikir berada di posisi mom akan sangat menyenangkan, dia merindukan lantas bisa memberitahu orang yang dirindukannya. aku merindukanmu, lantas ke mana aku harus mengatakannya? kurasa, ada banyak hal yang ingin kutuliskan kali ini.
kau tahu, belakangan ini, andi begitu menjengkelkan. dia menjadi lebih banyak bicara, terkadang aku lelah mendengarnya. kusuruh diam pun tak ada gunanya, terlebih dia tak bisa diajak berbicara serius. aku ingin dia bersikap dewasa, namun di waktu bersamaan aku tak mempunyai hak untuk menuntut apa-apa darinya.
apakah kau pernah merasa ketika satu waktu kau seperti tak ingin berbuat apa-apa? atau tak ada yang bisa kau lakukan sebab sebagian dari dirimu tak ada di tempatnya? seperti hilang, pergi entah ke mana. aku ingat, ketika usiaku masih lima atau enam tahun dan saat itu aku bersekolah di taman kanak-kanak, aku tidak mempunyai imajinasi apa pun. hanya berangkat ke sekolah dengan diantar oleh dad menggunakan motornya lalu dijemput kembali setelah sekolah selesai. aku tidak selalu membawa bekal seperti kebanyakan teman-temanku. terlebih, saat itu aku tidak menyukai bermain dengan yang lain dan lebih memilih duduk di dalam kelas ketimbang bermain seluncuran. ketika di rumah pun sama, aku hanya bermain sendiri dengan boneka kertas yang bisa kuatur sesuai kemauan. entahlah, hanya saja aku senang melakukannya, lantaran tak ada yang mengganggu.
kau tahu, belakangan ini, andi begitu menjengkelkan. dia menjadi lebih banyak bicara, terkadang aku lelah mendengarnya. kusuruh diam pun tak ada gunanya, terlebih dia tak bisa diajak berbicara serius. aku ingin dia bersikap dewasa, namun di waktu bersamaan aku tak mempunyai hak untuk menuntut apa-apa darinya.
apakah kau pernah merasa ketika satu waktu kau seperti tak ingin berbuat apa-apa? atau tak ada yang bisa kau lakukan sebab sebagian dari dirimu tak ada di tempatnya? seperti hilang, pergi entah ke mana. aku ingat, ketika usiaku masih lima atau enam tahun dan saat itu aku bersekolah di taman kanak-kanak, aku tidak mempunyai imajinasi apa pun. hanya berangkat ke sekolah dengan diantar oleh dad menggunakan motornya lalu dijemput kembali setelah sekolah selesai. aku tidak selalu membawa bekal seperti kebanyakan teman-temanku. terlebih, saat itu aku tidak menyukai bermain dengan yang lain dan lebih memilih duduk di dalam kelas ketimbang bermain seluncuran. ketika di rumah pun sama, aku hanya bermain sendiri dengan boneka kertas yang bisa kuatur sesuai kemauan. entahlah, hanya saja aku senang melakukannya, lantaran tak ada yang mengganggu.
memasuki
usia belasan tahun, aku mulai membuka diri dengan yang lain. belajar membagi
waktu dengan teman-teman, entah sekedar mengobrol atau pun mengerjakan
tugas sekolah. saat
itu aku bersahabat dengan seorang perempuan yang tak lama sejak kami lulus sma dia akhirnya memutuskan untuk menikah dan saat ini dia sudah mempunyai dua orang anak. hampir seluruh masa itu kuhabiskan dengannya. sampai suatu hari mom memarahiku lantaran terlalu
sering keluar rumah dan pulang terlambat. aku mulai
bertemu dan berteman dengan beberapa orang yang berbeda-beda karakter. aku menjadi lebih banyak melihat sekitar
yang bagiku itu adalah dunia baru. di samping itu, aku berpikir bahwa kehidupan di luar zona nyamanku selama ini benar-benar aneh. lagi-lagi aku tidak menyukainya.
di saat yang sama, hadir seorang lelaki yang akhirnya menjadi kekasihku
selama tiga tahun. kami berpisah ketika memasuki universitas. saat itu,
sejujurnya saya merasa bosan dan ingin melihat dunia lain selain dunia
yang telah lama kami jalani berdua. tentu saja kami berpisah dengan baik-baik. lantas,
bulan lalu lelaki itu akhirnya menikahi perempuan yang telah dijadikan kekasihnya
selama dua atau tiga tahun? entahlah. kau masih ingat? aku sempat memberitahumu di telepon beberapa minggu yang lalu, bahwa aku sempat pulang hanya untuk menghadiri pernikahannya.
hingga
usiaku mamasuki dua puluh lima tahun, aku tidak pernah melakukan
hal-hal yang berarti yang sesuai kemauanku. aku hanya melakukan apa yang menurut mom pantas untuk
kulakukan. aku pun tidak keberatan, sebab kupikir bahwa inilah
yang terbaik untukku. dan aku selalu percaya kepada mom, apa pun itu.
dan juga, sudah beberapa bulan ini, aku tak lagi mengangankan pernikahan di usia muda. lebih tepatnya, aku berubah pikiran. bahwa banyak yang harus kulakukan sebelum menenggelamkan diri dalam kehidupan berumah tangga. dengan banyaknya orang di sekitarku yang saat ini sudah merasakan hidup sebagai seorang istri terkadang membuatku merinding jika melihatnya. terlebih, aku menyadari bahwa aku belum siap untuk hal-hal semacam itu. kau tahu, masih banyak yang ingin kulakukan. aku masih ingin berjalan-jalan sendiri entah ke bioskop, ke toko buku, atau pun melakukan perjalanan dengan menumpangi kereta api. aku masih ingin sendiri merasakan suasana malam hari sebuah kota yang kukunjungi. mom selalu bilang, bahwa "setelah menikah hidupmu akan berubah. mengurusi rumah tangga tak semudah kelihatannya. sebaiknya kau menikmati hasil jerih payahmu sendiri sebelum menikah. kau bisa membeli rumah dan menabung agar tak bergantung pada suamimu kelak. perempuan harus punya segalanya begitu pun dengan harga diri, agar tak disia-siakan." setiap kali mom mengatakan hal tersebut, serta merta akan memompa semangatku kembali. dan kusadari bahwa hingga hari ini mom tak henti-hentinya berjuang.
dan juga, sudah beberapa bulan ini, aku tak lagi mengangankan pernikahan di usia muda. lebih tepatnya, aku berubah pikiran. bahwa banyak yang harus kulakukan sebelum menenggelamkan diri dalam kehidupan berumah tangga. dengan banyaknya orang di sekitarku yang saat ini sudah merasakan hidup sebagai seorang istri terkadang membuatku merinding jika melihatnya. terlebih, aku menyadari bahwa aku belum siap untuk hal-hal semacam itu. kau tahu, masih banyak yang ingin kulakukan. aku masih ingin berjalan-jalan sendiri entah ke bioskop, ke toko buku, atau pun melakukan perjalanan dengan menumpangi kereta api. aku masih ingin sendiri merasakan suasana malam hari sebuah kota yang kukunjungi. mom selalu bilang, bahwa "setelah menikah hidupmu akan berubah. mengurusi rumah tangga tak semudah kelihatannya. sebaiknya kau menikmati hasil jerih payahmu sendiri sebelum menikah. kau bisa membeli rumah dan menabung agar tak bergantung pada suamimu kelak. perempuan harus punya segalanya begitu pun dengan harga diri, agar tak disia-siakan." setiap kali mom mengatakan hal tersebut, serta merta akan memompa semangatku kembali. dan kusadari bahwa hingga hari ini mom tak henti-hentinya berjuang.
dudul.