hidangan di atas meja

biar kuhidangkan kau segelas kopi meski sepasang kakimu enggan menuju pintu semestaku. sementara ayunan takdir kerap menghadirkan kecemasan-kecemasan yang hanya ingin kubagi kepada bibirmu. serupa berisik keluh di penghujung jalan yang sendu.

beribu detak dalam kata kukirimkan kepada Tuhan dengan hujan yang tak henti menghiasi mata; mencoba meredakan cemas dan menata hati yang kerap dihadiahi kejutan berwajah buram. dan dalam setiap keyakinan hati tak ada yang hadir selain asing langkah menjelma bayang-bayang.

jika sekali lagi; kesempatan ialah jalan menuju rayu jemarimu, izinkan kupasung tatap matamu yang pertama. ialah alasan bahagiaku ketika takdir tak memberi kepastian.

tak pernah kupahami isi kepalaku sendiri. ia serupa perempuan renta yang telah lama buta akan warna atau serupa lelaki bejat di pinggiran jalan setelah menikam dada yang mencintainya. keduanya sama; tak akan bisa menemukan pelangi bahkan ketika nyawa dipenggal kebisingan takdir dan mati untuk kesekian kali.

ingatlah aku sebagai perempuan yang jatuh cinta kepadamu. jatuh cinta hingga patah hati lalu jatuh cinta lagi. bukankah tak ada yang abadi selain kehilangan demi kehilangan yang terus berulang. sementara penantian ialah hidangan di atas meja yang lamat-lamat menjadi dingin.

- p.s. i love you -