hari ini kau berulang tahun, maka aku merayakannya untukmu. sore hari dengan langit berwarna abu-abu seolah hendak menjatuhkan hujan aku mengunjungi sebuah kedai kopi dan memesan secangkir kopi hitam, kesukaanmu. terserah jika kau menganggapnya berlebihan. segala keinginan atau jika kau menyebutnya harapan semoga saja segera menjadi nyata. dan semoga Tuhan menjagamu untuk orang-orang yang kau sayangi, sebab hanya untuk mereka kau hidup, sebab aku ingin melihatmu bahagia. kau tak boleh hidup dalam kesedihan, layaknya diriku saat ini, lantaran ada banyak yang menganggu kepalaku. membuatnya sibuk sepanjang waktu bahkan ketika aku tertidur. aku harus memperjuangkan masa depan, sebab dengan begitu orang-orang akan melihatku sebagai perempuan yang bahagia. meski sebenarnya jauh di dalam diriku aku hanya akan bahagia bila berada di sampingmu.
seusai liburan kemarin, sepanjang bulan agustus ini, aku lebih banyak menangis. yah, segalanya menjadi rumit. perihal kuliahku yang beberapa minggu kerap kuhabiskan di ruangan dosen lantaran nilai-nilaiku menurun. aku hanya bisa menunduk lesu sembari memikirkan penyebab dari semua hal buruk yang menimpaku. dan pada akhirnya aku menyalahkan diri sendiri. seperti ketika aku menyalahkan kebodohanku yang menyebabkanmu pergi. terlebih di beberapa waktu, aku kerap berpikir untuk bunuh diri saja, dengan begitu segalanya akan berakhir dan aku tak perlu dijejali beribu pertanyaan perihal kegagalan-kegagalan yang semakin membuatku terlihat menyedihkan.
di malam ulang tahunmu, tiba-tiba aku memimpikanmu. ini terasa aneh, mengingat bahwa sejak berbulan-bulan aku tak pernah lagi mengalaminya. sejujurnya, aku sangat ingin kau merindukanku, meski aku tak pantas. aku sangat ingin kau memikirkanku, sekali saja, meski aku tak berhak. di suratku kali ini aku tak ingin membahas perempuanmu, sebab bagiku dia salah satu perempuan terbahagia lantaran bisa memilikimu seutuhnya. aku hanya takut menambah kebencian terhadapnya. maafkan aku.
aku selalu menyukai caraku mengenangmu. terkadang aku menganggapnya sebagai sebuah usaha membekukan waktu. kebiasaanku ialah sesering mungkin menikmati kopi hitam dan memakai baju berwarna senada.
ingatanku lemah perihal mengingat sesuatu, namun anehnya, aku selalu mengingat setiap detil tentangmu. terakhir, kau mengucapkan selamat tinggal dengan nada penuh kemarahan dan seperti biasa aku membalasnya dengan senyuman, layaknya gadis kecil yang mengharapkan permen kapas setelah permen sebelumnya jatuh ke tanah. aku pun selalu mengingat bahwa kau hanya menganggap kehadiranku merupakan sebuah kesalahan. maafkan aku, lantaran tak pernah sekalipun membalas mengucapkan selamat tinggal. kau tahu, bahwa aku tak menyukai hal-hal semacam itu.
salah satu caraku mempertahankanmu ialah dengan menghiasi jari manisku dengan cincin pernikahan mom. dengan begitu setiap orang yang tanpa sengaja melihatnya akan berpikir bahwa aku milik seseorang. yah, aku tak ingin ada orang lain yang menggantikan tempatmu, hingga hari ini. aku memilih menjadi perempuan yang hidup untuk menghidupi kenangan sekaligus kekosongan.
kau tahu, selalu ada titik tertentu di mana seseorang akan berhenti mencari. dan sialnya, aku tak ingin sampai pada titik itu. aku takut, jika kelak tak bisa lagi melakukan perjalanan sebab telah menemukan segalanya. namun untukmu, aku selalu mendoakanmu agar kau segera sampai pada titik terbahagia dalam hidupmu, dan akhirnya berhenti untuk mencari.
dudul.