surat ke-18

(makassar, april 2014)
 
seperti biasa aku hanya ingin berbagi cerita denganmu. lagi-lagi tentang hidupku setelah kau pergi. apakah kau bosan dengan ceritaku? mau bagaimana lagi, aku hanya tahu menulis tentang kepergianmu, kepergianmu, dan hanya kepergianmu. satu hal yang pasti, jika kelak kau kembali hadir maka ketahuilah aku sangat merindukanmu.

ada sesuatu dalam diriku yang berbeda, aku merasa seperti kekurangan sesuatu. aku tak tahu bagaimana cara menjelaskannya, ini terasa seperti bagian yang kosong dalam hidupku. dan juga, aku seperti orang yang berbeda dari sebelumnya. sepertinya kau mengubahku. sulit untuk aku jelaskan, aku hanya merasa hidup bila bersama kau. aku sudah menyebutkannya di awal suratku beberapa bulan yang lalu bahwa banyak yang bisa membuatku bahagia tapi bertemu dengan orang seperti kau, hanya sekali. hanya bersamamu aku bisa bahagia dengan utuh, dan juga hanya kepergianmu yang mengajarkanku tentang hidup. bahwa di dunia ini tak ada yang abadi, sekalipun kita. bahwa hidup itu hanya tentang datang dan pergi. sekalipun aku berusaha untuk mengerti bahwa tak ada lagi kau. sekalipun aku berusaha menyadarkan hati bahwa cinta adalah melepaskan. namun, sekeras itu pula aku di sadarkan oleh kenyataan bahwa cinta ingin kau di sini, bersamaku.

apakah cinta itu egois? maka ajarkan aku agar tidak menjadi manusia yang egois, dan ajarkan aku hidup tanpa menunggumu kembali. karena aku tahu bahwa kau tak mungkin kembali. terlebih, sering kali aku diselimuti pikiran-pikiran yang membuatku berpikir bahwa kadang kau juga ingin kembali, sekedar menyapa.

maafkan aku. maaf karena tak bisa berhenti menunggu dan merinduimu. maaf karena masih sering mencari dan menunggu kabarmu. maaf karena kadang aku tak bisa menahan untuk berbicara denganmu. maaf karena aku masih sering menangis untukmu. maaf karena aku begini.

dudul.