(makassar, mei 2014)
aku menulis lagi surat untukmu, entah yang keberapa. lalu aku akan menitipnya di kantor pos terdekat. aku yakin tak akan pernah sampai di rumahmu sebab aku tak tahu alamat rumahmu. dan mungkin juga pak pos akan bingung harus dibawa kemana surat ini. aku hanya menuliskan namamu di bagian sudut kanan atas amplop lalu memberitahu pak pos bahwa dia harus membawanya di manapun kau berada. dan berkata: "berikan ini kepada kekasihku." aku tidak akan peduli dengan kebingungan pak pos itu atapun dia akan tersesat selama perjalanan menujumu. karena aku
tahu bahwa meskipun surat ini sampai kepadamu, aku kembali yakin bahwa kau tak akan pernah membacanya. mungkin hanya akan berakhir di depan pintu rumahmu tanpa pernah kau sentuh, pun kau lihat. dengan alasan bahwa kau tak suka membaca. iya, aku bahkan tahu ketidaksukaanmu akan sesuatu hal yang serba kebalikan malah aku sukai. iya, aku suka membaca dan kau tidak.
mungkin juga itu salah satu alasan kenapa kita tak pernah bisa bersama. kita berbeda namun kau terlalu istimewa untuk perempuan sepertiku. kita berbeda namun terkadang aku menangis jika begitu ingin melihatmu, untuk satu hal ini sebut saja aku rindu. dan kita berbeda namun cintaku jatuh berkali-kali padamu.
rasanya, aku hampir lupa bagaimana wajahmu. apakah rentang waktu empat bulan mampu menghapusnya? dan entah sudah berapa lama gambar wajahmu (yang kugambar dengan jemariku sendiri beberapa waktu yang lalu) menjadi penghias layar ponselku. aku pikir sudah lama sejak kau tiba-tiba pergi hari itu.
aku harus mengakui bahwa tak banyak yang kumengerti tentang kau namun apakah salah jika aku selalu berusaha mengerti? seperti tidak mengertinya aku bagaimana caramu mencintai. aku hanya tahu tentang hidupmu di masa lalu. kau bercerita diawal kau mengenalku. dari ceritamu, aku berani mengatakan bahwa kau lelaki hebat. aku ingat saat itu, aku selalu menunggu malam untuk mendengarkan ceritamu. aku selalu ingin pagi berlalu dengan cepat berganti siang lalu sore, dan aku akan begitu bahagianya menyambut malam, aku bisa bersamamu.
atau mungkin saat itu aku hanya perempuan kesepian yang sedang dalam penantian. penantian? apa yang sedang kunanti? jika hati sudah mulai habis rasa. dan dengan tiba-tiba kau datang mengetuk jendela bukan pintu rumah sebab pintu rumah bagimu adalah formal dan kau tak suka itu. kau menghampiri segala hal, bahkan daun kering ataupun bunga yang masih segar mengikutimu masuk. aku. aku memahami bahasamu sejak pertama kita bertukar sapa. aku suka. lama kau terbiasa mengetuk jendela, pun aku yang sudah berapa lama membuka jendela untukmu. sebab aku suka ceritamu. namun suatu hari kau tak lagi datang, meski jendela telah kubuka tetap saja kau tak ada.
aku sedih, lama sekali. aku menanti namun kurasa waktu semakin jahat. dia membuat sakit. di dadaku. kadang aku sesak. jalan keluarnya hanya airmata. mungkin bantal sudah bosan dengan airmataku tapi aku tak peduli sebab dia tak akan pernah bisa membawa kau kembali. dia hanya diam seperti kau.
kembali ke perihal penantian. kau tahu, saat ini aku sedang menanti. oh bukan, lebih tepatnya masih menanti dan mungkin akan selalu begitu. sudah lama memang, namun hanya kau yang tahu berapa lama lagi akau harus menanti. hmm, kalimat barusan itu aku kutip dari judul sebuah buku yang kubaca saat ini. selain membaca aku juga senang mengutip kata atau kalimat yang menurutku bagus lalu akan kuposting di jejaring sosial manapun yang kumiliki saat ini.
aku pun mulai mengerti bahwa penantian itu kosong apabila menanti sesuatu yang jelas tak akan datang. apakah kau tak akan datang (lagi), Tuan? aku masih ingin mendengar ceritamu yang membuatku bisa memandang dunia. sebab kau lebih banyak tahu. sebab kau lelaki hebat.
terlalu menyedihkan jika ingatanku kembali lagi mengais segala hal tentangmu. lagi-lagi airmata menjadi jalan keluar. namun kau pernah mengatakan: "aku tidak bisa bersamamu." kau tahu, dadaku sesak mendengarnya. ah, aku benci airmata. aku masih takut kehilangan kau. aku juga tak berani mengatakan untuk jangan pergi karena aku selalu belajar menghargai keputusan yang kau katakan. masih belajar mencintaimu tanpa memiliki. memelukmu tanpa pernah memelukmu. menjagamu tanpa pernah menjagamu. yang aku mengerti hanya merapalkan doa di tiap sujud ketika menghadap Tuhan sebab aku yakin doaku pasti akan memelukmu dan menjagamu dengan baik.
dudul.