surat ke-24

(bogor, september 2014)

sebulan yang lalu aku menaiki sebuah pesawat menuju kota hujan. mom menyuruhku untuk melanjutkan kuliah. sebenarnya, aku sendiri sudah ingin bekerja, berkarir, dan menghasilkan uang sendiri. tapi keinginan mom tak bisa dibantah. maka jadilah aku di sini, sebuah kota yang kata orang hujan melulu. ugh, aku benci hujan, selalu mengingatkan rumahmu.

apa kabar? kau sehat? semua baik-baik saja?
kau tahu, aku lumayan betah di sini meski terkadang merindukan yang kutinggalkan. rindu padamu itu sudah pasti. perihal pulang yang kini tak ada di bawah kaki selalu membuatku berpikir bahwa kebersamaan kemarin adalah berharga.

kuliahku sudah mulai. sebenarnya aku butuh semangat untuk itu, meski kata orang umur masih muda belajarlah terus. namun bukankah terkadang kebosanan di temukan di tengah perjalanan? aku selalu ingin bertemu denganmu mengadu kepenatan di kepala atau hanya sekedar berbagi cerita. bagiku itu sudah cukup. terlebih ketika bertemu dengan orang baru dan mendatangi tempat baru, malah membuatku semakin rindu banyak hal.

ngomong-ngomong, aku suka kamar kosku di sini. meski jauh dari rumah tapi lumayan bisa membuat hangat setelah seharian di luar. kamar mandinya luas tapi aku malah tidak suka kamar mandi yang luas. baru sebulan aku menghuninya, barangkali karena alasan itu tak pernah ada yang datang bertamu meski teman sekampus sekalipun. lagi pula aku tidak melihat esensi mengajak mereka mampir. kau tahu, aku nyaman seperti ini dan bukankah kenyamanan tinggal di kota orang tergantung bagaimana privasi kita tetap terjaga? tidak kedatangan tamu membuatku bisa bertelanjang sambil tidur, tidak perlu menutup pintu kamar mandi setiap mandi, dan menyemprotkan pengharum ruangan dengan aroma yang kusuka.

tadi, setelah sampai di kamar kos kusempatkan mandi kemudian tertidur setelah isya. ketika menulis ini aku baru saja bangun dan itu lewat tengah malam. aku tahu, kau akan heran seperti biasanya mendengar aku baru bangun. aku merasa lelah sekali, barangkali karena rutinitas baru yang lumayan memukul tubuhku. yang sebelumnya aku bisa tidur sampe siang, sekarang harus bangun subuh. sebelumnya tidak pernah tidur di malam hari, sekarang harus dipaksa tidur. bukankah ini melelahkan, tuan? tapi ini hanya di awal, waktu yang akan membiasakan. bukankah begitu?

maaf, di suratku kali ini aku banyak bicara. mau apa lagi? hanya padamu aku ingin berbicara banyak hal. baiklah, sebelum kau lelah membacanya kurasa cukup untuk malam ini. aku harus kembali tidur, kuliah pagiku menanti esok hari. selamat malam.

dudul.