kau tak harus ke mana-mana

pict from weheartit.com

untuk jutaan hari yang mati di atas bantal tidurmu dan untuk mimpi-mimpimu yang bahkan tak pernah jadi nyata, izinkan aku membentang peta di bawah kakimu. meski hatiku enggan, akan kubiarkan kau berjalan mencari apa-apa yang kau sebut tiada. barangkali kau akan temukan seseorang yang kelak memenuhi dadamu dengan sempurna. kecuali aku. jika kau telah menemukan, ceritakanlah padaku bahwa kau mencintainya, tentu saja. bahwa aku akan baik-baik saja, tentu saja tidak sayang, maafkan aku.

barangkali saat itu, inginku hanya mati di bawah selimut yang kian tipis tergerus doa serta tangis tanpa memelukmu. maka dari tempat kau berada kirimkan padaku sebuah kartu pos, perihal bagaimana membunuh luka sendiri dengan belati paling asing. atau kabarkan padaku melalui angin yang penuh kekecewaan bahwa tak selamanya tangis punya jemari yang setia mengusap pipi.

tentu saja, aku mengerti bahwa tak ada yang bisa membuatmu abadi di sisiku. lantas apa yang mesti kakiku pijak? jika apa yang hatiku mau bertentangan dengan kenyataan yang kerap mengulurkan jemari paling lirih. haruskah aku mencaci diri atas keinginan yang kerap memilih ego untuk segera memeluk senja yang jatuh di atas bahumu yang paling ringkih?

sayang,
maka biarkan kusimpul nafasmu dengan denyut jantungku barangkali kau akan abadi di sana, barangkali kau tak harus ke mana-mana hanya untuk sekedar mencari dan terjatuh di atas keinginan-keinginan yang diam-diam kau catat di bawah kakimu. tetaplah di sini bersama-sama luruh dalam doa-doaku yang jatuh bersama tetes hujan dan menyadari bahwa setiap jantung memiliki detak yang abadi. kau dan aku.


_____

bogor, di sore yang hujan
oktober, 2014