surat ke-27

(bogor, november 2014)

meski tak ada kuliah, pagi ini aku bangun lebih awal dengan kepala dan tubuh yang terasa nyeri. udara terasa dingin bekas hujan semalam, langitpun mendung. dengan secangkir kopi instan dan dua potong roti berselai cokelat, serta menonton tv yang menayangkan perkiraan cuaca, aku menulis surat ini untukmu. sepanjang hari akan turun hujan katanya, jelas, ini sudah november terlebih tinggal di kota hujan aneh rasanya jika hujan tak turun di musim penghujan seperti ini.

bagaimana kabarmu? kemarin kaumengeluh tentang batukmu yang tak kunjung reda.
"barangkali kausudah harus berhenti menghisap rokok."
"yah, barangkali....."
ada jeda yang panjang lalu kau tertawa.

beberapa hari kemarin seperti biasa kuhabiskan di kampus dan kusempatkan mengunjungi toko buku lalu membeli sebuah novel berbahasa inggris. belum kubaca hingga selesai, hanya sampai bab satu, kautahu, aku terlalu sibuk untuk duduk santai sambil membaca novel. ujian tengah semester, laporan, dan tugas-tugas yang deadline membuatku kelelahan dan semalam tubuhku terasa tak enak lagi; seperti remuk dan aku tertidur dengan tv yang masih menyala. aku benar-benar takut jatuh sakit karena hidup sendiri di kota orang. maka, aku tak memperbolehkan diriku bersedih. sebab kesedihan hanya membuat seseorang tak lagi menjadi dirinya sendiri. terlebih aku tak mungkin meminta perhatian darimu atau pun dari orang lain. tak tega juga rasanya mengeluh kepada mom, dia tipe orang yang mempunya cemas dan panik berlebihan.

selain membeli sebuah novel, aku juga membeli beberapa kuas untuk menggambar dan sebuah buku gambar. setiap mempunyai sedikit waktu luang kuhabiskan untuk menggambar dengan cat air (sampai saat ini aku masih belajar untuk itu) ketimbang membaca buku. kautahu, ketika menggambar aku merasa jauh lebih baik. bagiku, selain menulis (untukmu) menggambar juga merupakan terapi jika emosiku sedang tak bersahabat. aku menyukai keduanya. setiap pulang kampus, aku akan menempuh perjalanan dengan melintasi beberapa jalan setapak. seringkali di perjalanan aku bisa tiba-tiba termenung dengan tatapan lurus ke depan dan hampir kosong. aku berbicara kepada diriku sendiri menanyakan bagaimana kaumelalui hari-harimu seorang diri.

malam kemarin sepulang dari makan malam, tak sengaja aku melewati sebuah toko kacamata dan aku mampir membeli sebuah kacamata minus. entahlah, barangkali aku menginginkan sesuatu yang baru. setelahnya aku mengirimkan foto ke mom dengan memakai kacamata baruku itu, kautahu, apa yang mom katakan setelah melihat fotoku? di bilang aku cantik, cantik sekali. aku sampai tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya. meski aku tahu mom mengatakannya hanya untuk membuatku senang. karena bagi mom menyenangkan anaknya adalah segalanya.

dan juga, belakangan aku selalu menghabiskan malam dengan secangkir kopi instan yang katamu "itu cuma sirup." aku melakukannya karena aku merindukanmu. andai hal impulsif yang kulakukan ini bisa menghadirkanmu seketika.

dudul.