selain kematian


"jangan pergi!"

serupa duabelas bulan yang lalu; tak ada yang bisa menghentikan langkahmu, sayang, bahkan pelukanku yang sekarat hingga pada hari ini di detik yang entah. pun serupa jarum jam yang tak rela tinggal lama pada satu angka, lantas luka kian ganas, kenangan makin membekas, dan kauingin melepas. langit pun berduka menjatuhkan keruh dengan bebas tanpa spasi, sementara senja selalu berakhir mati di hari yang paling kubenci.

entahlah sayang,
kupikir duabelas bulan mengenalmu sudah cukup bagiku. membuatku merasa sudah mengenalmu lebih dari satu masa. maafkan aku jika sejak hari itu menjadikanmu semesta bagi duniaku yang sedang mencari arti paling hakiki. biarkan masa yang berlalu menjadi bukti paling angkuh menyimpan perih bahwa aku pernah menginginkanmu lebih dari apapun.

kini,
di depan sebuah jendela, perempuan dengan angan yang kerap kaupatahkan sedang berusaha menerima pergimu yang kesekian; mengerti bahwa tak semua yang hati mau kelak menjadi milik sepenuhnya. diakah yang kau mau? pergilah! biarkan peluhku menjadi pengantar langkahmu yang terburu-buru. jika di genggaman tanganku kau tak menemukan kebahagiaan, barangkali di lengan perempuan itu kau temukan segala arti dari langkahmu yang ambigu. rebahlah di dadanya jika kau lelah ditertawakan oleh dunia.

akan kujadikan waktu sebagai penyembuh paling tabah selain kematian.


_____
bogor,
november, 2014