(bogor, november 2014)
sebenarnya aku tak berencana menulis surat kali ini, tapi tiba-tiba saja aku berpikir bahwa aku harus menulis untukmu. aku diserang kebingungan dan kecemasan yang entah datang dari mana. selain itu aku merindukanmu, benar-benar merindukanmu. seminggu ini sangat melelahkan. bahkan aku tak punya waktu untuk diriku sendiri. kau? sedang apa kau akhir-akhir ini? apakah kau sehat? ketika menulis ini tepat pukul setengah tiga pagi, aku tak bisa tidur. aku membuka selimut yang menutupi tubuhku lalu mengambil laptop dan membukanya kemudian mulai menulis. beberapa malam yang lalu aku sudah terbiasa tidur lebih awal, tapi kali ini mataku tak mau terpejam. sudah kupaksa tapi tetap saja tak bisa. bukankah kau selalu bilang bahwa segala yang terpaksa tak kan baik? maka yang terbaik saat ini adalah hanya menulis untukmu. hanya itu.
sebenarnya aku tak berencana menulis surat kali ini, tapi tiba-tiba saja aku berpikir bahwa aku harus menulis untukmu. aku diserang kebingungan dan kecemasan yang entah datang dari mana. selain itu aku merindukanmu, benar-benar merindukanmu. seminggu ini sangat melelahkan. bahkan aku tak punya waktu untuk diriku sendiri. kau? sedang apa kau akhir-akhir ini? apakah kau sehat? ketika menulis ini tepat pukul setengah tiga pagi, aku tak bisa tidur. aku membuka selimut yang menutupi tubuhku lalu mengambil laptop dan membukanya kemudian mulai menulis. beberapa malam yang lalu aku sudah terbiasa tidur lebih awal, tapi kali ini mataku tak mau terpejam. sudah kupaksa tapi tetap saja tak bisa. bukankah kau selalu bilang bahwa segala yang terpaksa tak kan baik? maka yang terbaik saat ini adalah hanya menulis untukmu. hanya itu.
kemarin aku sempat dibikin berang oleh seorang
teman lama, anggap saja seseorang dari masa lalu. yah kupikir delapan
tahun yang lalu dia kusebut cinta pertama. kau tertawa? tak apa karena
aku pun merasakan geli di seluruh bagian tubuhku ketika menyebutnya
cinta pertama. sudah beberapa hari ini dia selalu mengajakku chatting
yang kurasa itu hanya obrolan tak berguna. dia sudah berubah sejak saat
itu, menjadi seseorang yang benar-benar berbeda dari yang ku kenal.
jujur saja aku sudah tidak menyukainya lagi, sikap maupun caranya
mengobrol denganku membuatku muak. benar saja bahwa terkadang selama
apapun waktu yang kau punya tak akan mampu membuatmu memahami seseorang
jika kau tak pernah ingin. bukankah begitu?
ah, aku
mengeluh lagi, maafkan aku. andai saat ini aku bisa mengobrol denganmu
ada banyak yang ingin kuceritakan selain lelaki dari masa lalu yang
menyebalkan itu. seperti, kemarin aku mengganti pengharum ruangan
kamarku, kali ini aroma bubble gum, aku menyukainya seperti
kembali ke masa kanak-kanak, masa di mana belum ada kau dalam kepalaku.
jangan tersinggung, aku tak menyesal mengenalmu apalagi menyalahkanmu
atas segala yang telah kita lalui setahun ini. hanya saja aku ingin
sehari, iya hanya sehari tanpa ada kau dalam kepalaku. pun aku merasa
bosan dengan kuliah; aku lelah mengerjakan tugas dan laporan, aku butuh
istirahat. aku rindu rumah, rindu teman-teman, rindu mom dan lelakinya.
ah, terlalu banyak. kau sendiri? apa yang kau rindukan saat ini?
sore
kemarin mom menelepon, untungnya aku sedang di jalan pulang dari
kampus. sambil menangis mom mengabari bahwa adik lelakiku sakit. yah kau
tahu, mom sama sepertiku selain mempunyai panik dan cemas berlebihan,
kami juga gampang mengeluarkan airmata. aku ingat, agustus lalu saat
ingin berangkat ke sini aku tak berpamitan pada mom di bandara karena
aku tahu bahwa saat itu mom akan menangis sejadi-jadinya seperti aku tak
akan kembali lagi. kau tahu, aku juga membenci bandara, hanya ada
kesedihan di sana. dan aku tahu apa yang kau benci, kau membenci saat
aku banyak bertanya, kan?
kelak jika waktu memberi
kesempatan untukku lagi, aku akan kembali ke kotamu tapi bukan untuk
mengunjungimu. selain tak tahu alamat rumahmu barangkali saat itu kau
sudah mempunyai seorang istri dan anak-anak yang lucu.
dudul.