surat ke-29

(bogor, november 2014)

sepanjang bulan november ini ada beberapa hal sederhana yang kerap kali membuatku rindu ingin kembali ke rumahmu. entahlah ini seperti perasaan yang meletup-letup tapi tak tahu apa. barangkali seperti ini saja, aku lupa rasanya menikmati kopi tanpa memikirkanmu. aku lupa rasanya membaca buku tanpa mengingat kembali teras belakang rumahmu. aku lupa rasanya menikmati hujan tanpa kau di kepalaku. aku lupa rasanya bersandar di bahumu. aku lupa rasanya dipeluk olehmu. aku lupa rasanya duduk di sampingmu. aku lupa rasanya bangun pagi tanpa mengingat sebuah pagi di rumahmu waktu itu. dan aku lupa rasanya duduk santai tanpa mendengarkan lagu kesukaan yang menjadi kesukaanmu juga.

ah lupakan hal di atas, aku hanya ingin memberitahumu bahwa saat ini aku memutuskan untuk mulai belajar memasak. aku senang akan hal itu, doakan saja agar aku berhasil. aku tak pernah tahu untuk siapa hal ini kulakukan tapi aku berharap kelak bisa memasak sebuah makanan untukmu.

setengah enam ketika matahari belum muncul, aku sengaja keluar kosan lebih awal. dengan berjalan ke arah kampus aku sampai di sebuah lapangan, ini akhir pekan maka tak salah jika banyak orang yang kujumpai di sana, kebanyakan mahasiswa melakukan rutinitas pagi dengan olahraga ringan yang bisa mengeluarkan keringat. yah akhir-akhir ini aku pun merasa bahwa tubuhku butuh olahraga, maka dengan berlari beberapa putaran keliling lapangan membuat baju dan rambutku basah oleh keringat. senang rasanya berlari dengan rambutku yang tertiup angin, sesekali aku berlari kencang hingga dadaku sesak bernafas, kau tahu, ketika berlari kencang aku merasa bebas seperti beban di pundakku jatuh ke tanah. tapi juga terasa nyeri di dadaku, barangkali karena setelah sekian lama baru kali ini aku lari pagi lagi. aku jadi ingat, dulu ketika masih sma sekitar tujuh tahun yang lalu, aku selalu melakukan rutinitas lari pagi di hari minggu, aku melakukannya dengan kekasihku waktu itu yang kini sudah bersama perempuan lain. kulihat dia sudah bahagia dan mempunyai segalanya. aku berpisah dengannya tiga tahun lalu dan kami berpisah dengan cara baik-baik, aku sendiri yang menawarkan perpisahan, barangkali waktu itu aku sedang bosan. tapi hingga saat ini aku dan dia masih berhubungan baik, dia bahkan tak pernah lupa untuk sekedar meneleponku mengucapkan selamat ulang tahun. beberapa bulan yang lalu dia pernah bilang padaku bahwa jika dia tak mempunyai kekasih saat ini dia akan melamarku. aku hanya tertawa tak menanggapi pernyataannya, tapi ada beberapa pertanyaan di kepalaku tentang ucapannya itu. seperti, apakah dia tak mencintainya lagi? apakah dia juga menemukan kebosanan? atau apakah dia menyesal terhadap perempuan itu? entahlah aku tak pernah menanyakannya. aku bahkan tak tahu apakah saat itu dia serius mengucapkannya atau hanyalah sekedar lelucon khas dia.

di perjalanan pulang aku mampir membeli sayuran untuk aku masak saat makan siang. sudah beberapa minggu ini aku lebih memilih makanan berupa sayuran dan memperbanyak buah ketimbang makan nasi. aku betul-betul memikirkan bahwa menjaga kesehatan selama tinggal di kota orang adalah penting. sudah kubilang aku takut jatuh sakit di sini. sebenarnya akan lebih baik untukku jika setiap hari aku bisa berbicara denganmu. mengobrol hingga petang atau hingga pagi.

ketika menulis ini aku duduk di atas tempat tidur dengan televisi yang kubiarkan menyala. aku baru saja selesai mandi dengan rambut terbungkus handuk. aku malas menatap televisi di depanku yang menayangkan infotainment melulu. pada jam-jam makan siang hanya itu yang bisa mereka tayangkan di beberapa channel televisi, maka dengan tayangan yang membosankan itu aku lebih memilih menulis untukmu, menulis apa saja. apakah kau muak seperti biasanya melihat kelakuanku ini? maafkan aku. kita tak mungkin berkenalan bila hari itu aku mengabaikan chatmu masuk ke handphoneku. baru setelah itu aku tahu bahwa kau sengaja ingin berkenalan denganku. aku tahu itu meski kau membuatnya seolah tak sengaja. kau tahu, bagaimana takdir selalu bermain-main dengan kehidupan manusia bahkan ketika kita tak ingin lagi dipermainkan, tapi selalu saja ada jalan kembali. sama seperti kau, selalu saja ada alasan kenapa kau selalu kembali padaku. sahabatku bilang bahwa kau hanya mempermainkanku tapi aku seolah tak peduli dan semakin membuka pintu hatiku lebar-lebar untukmu. di awal perkenalan kita, aku sempat meminta seorang pacar temanku untuk membaca karakternmu lewat foto, dia ahli dalam hal itu. dia bilang kau tipe orang yang serius dan tak segan meminta duluan jika kau menginginkan sesuatu, kau tak suka jika seseorang memintamu melakukan apa yang mereka mau. yah memang benar, seperti itulah kau di mataku dan aku selalu berusaha mengerti bagaimana caramu berpikir. tapi bukankah terkadang untuk tetap bersama dengan orang yang kita sayangi, kita tak perlu mengerti cara dia berpikir?

dudul.