(bogor, desember 2014)
bagaimana kabarmu? semoga baik-baik saja. aku tiba-tiba teringat kau dengan degup jantungku yang tidak beraturan pagi ini; aku selalu merindukanmu dengan begitu besarnya.
bagaimana kabarmu? semoga baik-baik saja. aku tiba-tiba teringat kau dengan degup jantungku yang tidak beraturan pagi ini; aku selalu merindukanmu dengan begitu besarnya.
maka aku menulis lagi untukmu,
kau tahu, sudah beberapa hari ini aku susah untuk makan, apalagi tidur. tidurku tidak pernah nyenyak sama sekali, insomnia yang kupikir sudah jadi teman di setiap malam dan kecemasan yang tidak pernah absen di pagi hari tentang pekerjaan-pekerjaan yang selalu menunggu untuk diselesaikan. lelah pasti, maka aku butuh penyegaran. lantas jumat kemarin aku menyempatkan untuk menonton sebuah film di salah satu bioskop di pusat kota. aku sangat antusias, terlebih film ini merupakan adaptasi dari novel salah satu penulis kesukaanku. beberapa jam sebelum menonton film aku duduk di salah satu kursi tunggu lalu memikirkan apakah setelahnya aku akan kecewa jika filmnya tidak sesuai dengan novelnya? lantas aku tidak tahu perasaan macam apa yang menggerayangiku di perjalanan pulang. aku tidak kecewa hanya saja sedikit bingung. entahlah, barangkali karena filmnya terlalu cerdas sehingga otakku tidak cukup mampu untuk mencernanya. kurasa lebih bagus untukku membaca novelnya saja ketimbang harus menonton filmnya. aku jadi teringat sebuah kalimat yang tanpa sengaja kudapatkan di salah satu akun seorang penulis terkenal di media sosial sesaat setelah aku meninggalkan gedung bioskop. kalimatnya seperti ini "jangan membandingkan film dengan novel jika tidak ingin kecewa!" dan aku sangat setuju.
perpustakaan menjadi tempat pelarianku sabtu ini. aku menghabiskan beberapa jam di sana dengan alasan belajar bersama beberapa teman untuk persiapan ujian di awal pekan. yah, seperti biasa; akhir pekanku selalu saja terasa membosankan. kau? bagaimana akhir pekanmu? apakah tetap sama dengan yang kemarin-kemarin? carilah kesibukan lain. maafkan aku, aku tidak pernah bermaksud untuk mengatur hidupmu. hanya saja aku merasa sedih sebab aku tau ada begitu besar keresahan yang lama berdiam dalam kepalamu. aku pun tak ingin menghakimi hidupmu, maafkan aku. maafkan aku yang mencintaimu dengan keras kepala. aku hanya ingin menjadi alasan kau tenang di malam hari dan memberimu senyuman sederhana di pagi hari. tapi aku tahu bahwa hidup tidak semudah yang kuinginkan. ada banyak kerumitan yang membuat kita tidak bisa bersama hingga saat ini. salah satunya, begitu rumitnya setiap jengkal hidupmu yang setiap saat kau selalu mencoba untuk menyembunyikannya, tapi kau tidak pandai dalam hal menyembunyikan, sayang. anggap saja aku tahu segala hal tentang dirimu, maka izinkan aku sekali lagi menitipkan doa di atas kepalamu saja.
barangkali, banyak yang membuat dadaku serta dadamu sesak tentang keinginan-keinginan yang hanya menggantung di atas kepala kita. tersebutlah, dia hanya kesunyian yang tak ingin kita bagi kepada siapa-siapa dan hanya keresahan yang selalu ada. lantas, sampai kapan?
dudul.