surat ke-36

(yogyakarta, januari 2015)

perjalanan adalah tentang pertemanan yang akan muncul di dalamnya. sejujurnya dua hari ini aku merasa sepi tapi di sisi lain akupun merasakan hal yang berbeda. semacam pengalaman dan perasaan baru mendatangi tempat-tempat yang benar-benar asing. dan tentu saja membuat kerinduanku padamu menjadi semakin besar. bagaimana harimu? menyenangkankah? kuharap begitu.

pagi ini aku bangun lantaran mendengar sayup-sayup dari luar riuh beberapa tamu di kamar sebelah. sepertinya mereka sudah siap untuk melakukan perjalanan wisata lagi. lalu kulihat jam di tanganku pukul tujuh lewat sepuluh. beberapa saat lamanya aku hanya di tempat tidur lalu bangun dan mencomot dua potong roti yang kubeli semalam sambil berpikir ke mana tujuanku hari ini.

berjalan sendiri mengunjungi tempat-tempat baru memang merupakan saat-saat yang menyenangkan. terlebih ketika hampir setiap tempat yang kudatangi dan bertemu orang baru, mereka selalu menanyakan hal yang sama, "sendiri aja mba? temennya mana?" lantas kujawab seadanya saja sambil tersenyum. aku memang sengaja pergi sendiri, dan itu benar-benar menyenangkan. kau tak perlu saling menunggu, tak perlu berdebat perihal ke mana tujuan selanjutnya, tak perlu berdebat menentukan makan malam di mana, dan terlebih kau tak perlu memikirkan akan berapa lama kau di luar sana. kau akan merasa sangat bebas.

akhirnya, aku memutuskan mengunjungi sebuah objek wisata peninggalan zaman kerajaan. awalnya saya menolak memakai pemandu wisata, namun setelah berkeliling beberapa menit membuatku sedikit kebingungan lalu seorang bapak paruh baya menghampiriku dan menawarkan diri sebagai pemandu. aku berpikir daripada berjalan tanpa tahu apa yang kulihatpun akan sia-sia, akhirnya kuiyakan saja tawaran bapak itu. melalui dia, beberapa informasi kudapatkan, termasuk sebuah sumur koin yang dipercaya sebagian banyak orang yang datang bahwa jika kita melemparkan sebuah koin ke sumur itu dengan posisi badan membelakangi sumur maka permohonan kita akan terkabul. aku penasaran dan akhirnya ikut mencoba melakukannya. tentu saja dengan tidak mempercayai hal tersebut secara keseluruhan. namun kau tahu, hanya namamu yang kesebut sesaat sebelum melemparkan koin, lantaran sepanjang perjalanan di kepalaku hanya kau. dan bingo koinnya masuk dalam sekali lemparan. kata bapaknya beberapa orang mesti melakukannya berulang-ulang kali sebelum akhirnya koin yang dilemparkan masuk ke dalam sumur tersebut.

tema perjalananku kali ini adalah menjelajah tempat baru. maka dari itu, ketika hari sudah hampir sore akupun melanjutkan perjalanan mencari sebuah alamat. aku mendapat rekomendasi sebuah cafe dari seorang teman, dan tanpa pikir panjang aku kembali menyusuri jalan jogja dengan alamat yang kucatat di telepon selulerku. mencari sebuah alamat memang tak mudah, harus tersesat dulu atau sering bertanya pada siapa saja yang ditemui di jalan, atau jika ingin yang mudah yaitu dengan mengandalkan google map. namun aku lebih memilih bertanya pada orang-orang yang kutemui sepanjang perjalanan.

tiga puluh menit perjalanan akkhirnya kutemukan yang kucari. aku bahagia, tentu saja, sebab tak ada yang mengecewakan. aku menghabiskan sejam di sana sebelum meninggalkannya lantaran langit semakin gelap dan sebentar lagi akan turun hujan. kau tahu, tempatnya nyaman dengan interior bergaya klasik dan backsound musik yang enak didengar, salah satunya lagu dari "adhitia sofyan - after the rain" aku menyukai lagi itu.

bagiku, perjalanan adalah membantuku menemukan bagian-bagian dari diriku yang tidak kuketahui sebelumnya. aku seperti ingin berbincang-bincang dengan setiap orang yang kutemui.

***

saat menulis surat ini, aku baru saja tiba di penginapan. sebuah perjalanan baru akan terasa lelahnya ketika kita mendaratkan tubuh di atas kasur. aku pernah mendengar sebuah kalimat, one bed to sleep, one friend to talk, one book to read. di jogja, beberapa jam perhari memang kuhabiskan untuk membaca buku, dan aku sudah terbiasa ke mana-mana membawa sebuah atau lebih buku. melalui surat ini kuharap bisa menjadi teman bicaraku denganmu.

dudul.