kaki-kaki angin


kaki-kaki angin serupa desember asing yang kerap memainkan irama paling kerontang. ke mana perginya sayup matamu sementara kepulangan menjadi yang maha getir? lalu apalagi yang hendak jemariku pasung jika menunggu kedatanganmu serupa mencatat cuaca dengan mempertahankan angin agar kau tak salah arah.

kau kerap melupa, tuan, bahwa sepanjang waktu yang kau sebut percuma, selalu ada aku dengan hati yang dipenuhi lautan ragu. bersimpul sebait doa, untuk mengeja barisan kata yang dibawa oleh kakimu. lantas melihat kedatanganmu dengan seikat bunga di tangan waktu ialah mimpi yang direnggut pagi.

barangkali, bukan hanya sekali ketika kusadari bahwa dedaunan yang jatuh di halaman rumah ibumu, langit biru, juga tawa warna-warni di sudut bibir kita serupa mata-mata para pelakon kesunyian musim yang buncah di sudut kepalaku, mencoba melukis ketakuan bahwa genggaman tangan dan pelukanmu sore itu tak akan pernah kembali.


***
P.S. i love you