(bogor, februari 2015)
teruntuk lelaki yang masih mengaggapku gadis berusia 17, setidaknya hingga hari ini.
aku hanya ingin mengatakan bahwa dari beberapa hari yang lalu aku sangat ingin menulis surat untukmu. bagaimana kabarmu? pekerjaanmu lancar? kau akan menikah dan aku berbahagia untukmu.
tentu saja menjelang sebuah pernikahan akan membuatmu resah; perihal masa lalu yang sudah tak pantas lagi, pun masa depan yang kerap mengulurkan jemari paling buta. namun tahukah kau, bahwa selalu ada pengorbanan untuk segalanya? perihal janji-janji yang akan selalu kau bawa ke manapun kakimu melangkah, berat namun kau begitu menyayanginya. pun perihal sebuah rumah yang akan selalu membuatmu ingin pulang, tak ada yang kau inginkan selain pelukan yang lapang dari perempuan yang akan merawat dan mendoakanmu di seluruh sisa hidupnya.
tentu saja menjelang sebuah pernikahan akan membuatmu resah; perihal masa lalu yang sudah tak pantas lagi, pun masa depan yang kerap mengulurkan jemari paling buta. namun tahukah kau, bahwa selalu ada pengorbanan untuk segalanya? perihal janji-janji yang akan selalu kau bawa ke manapun kakimu melangkah, berat namun kau begitu menyayanginya. pun perihal sebuah rumah yang akan selalu membuatmu ingin pulang, tak ada yang kau inginkan selain pelukan yang lapang dari perempuan yang akan merawat dan mendoakanmu di seluruh sisa hidupnya.
selama kau membaca surat ini kau tak perlu sedih, sebab tak ada yang perlu disedihkan lagi. bersama perempuanmu, kau akan memulai hidup baru dengan ikatan suci yang tak kenal mati dan tentunya kau akan sangat berbahagia dengan segalanya. akupun sama, akan mencoba berbahagia melanjutkan hidup dengan banyak mimpi yang menggantung di atas kepalaku. kau setuju jika kukatakan bahwa masa lalu hanyalah masa lalu, dan kita tak perlu mencoba untuk melupakan segalanya. sebab apa-apa yang terjadi sepatutnya kita syukuri, bukan? baik dan buruk ialah cara Tuhan untuk kita menemukan arti hidup.
ada banyak hal yang ingin kukatakan namun sejujurnya aku sedikit bingung harus memulai dari mana. kau selalu bilang "tak ada yang bisa menggantikan kisah kita." dan hari ini aku merasakan hal itu.
tujuh atau enam tahun yang lalu kita pernah merasa sangat bahagia, berbagi segala keresahan pun tawa yang kerap hadir di antara tetesan hujan sore hari. kita sadar bahwa saat itu masih terlalu dini untuk menentukan kemana seharusnya melangkahkan kaki, namun kita mempunyai mimpi yang dengan lantang dimuntakan lidah kita sendiri, seakan di masa depan hanya itu yang kita tuju. namun sadarkah kita, bahwa segalanya tak sempat menjadikan kita pemenang sebab terburu-buru dirampas oleh pagi? pernah kusesali segalanya, namun bukankah sebuah dongeng akan selalu berakhir? entah akhir bahagia atau sedih.
perihal masa yang tak mungkin lagi kembali, juga mimpi-mimpi yang sempat ada bukankah kita terkadang merindukannya? namun waktu terlalu angkuh pun kita yang sama-sama telah jatuh ke hati yang berbeda. saat ini, segalanya telah dirampas oleh beribu-ribu jemari yang kerap membawa belati untuk memotong kaki-kaki para penari. lantas aku menyadari bahwa apa-apa yang kau ucapkan sebulan kemarin ialah akhir sebab kita yang pernah mereka sebut berarti tak lagi hadir.
kita telah temukan bahagia dengan cara kita masing-masing. kau telah mempunyai segalanya lantas tak seharusnya keresahan menikammu dalam-dalam. dan tak cukupkah dengan pelukan perempuanmu untuk sekedar mengusir kegelisahan di dadamu? melangkahlah, temukan bahagiamu yang paling mereka ingini.
aku berjanji akan menghadiri pernikahanmu, mengenakan gaun hitam dengan pipi bersemu.
bintangmu.