surat ke-46

(bogor, februari 2015)

aku menuliskan suratku kali ini sembari mendengarkan sebuah lagu yang barangkali bisa memekakkan telinga mom jika saja dia berada di sini. namun aku menyukainya, barangkali ketularan olehmu. bahkan adik perempuanku pernah mengatakan padaku bahwa banyak yang telah berubah dariku. maksudku selera musik, warna pakaian, dan termasuk juga tontonan acara televisi; kau tahu, saat ini aku kerap memilih menatap lama layar televisi yang menayangkan balapan motocross di salah satu channel. sejujurnya aku menikmatinya, sebab sering kali aku mengingatmu di waktu bersamaan.

seorang teman kerap mengatakan padaku bahwa sudah sepantasnya aku melanjutkan hidup dan melupakanmu. namun kau tahu, aku tak pernah setuju dengannya, sebab bagiku melanjutkan hidup ialah berbahagia tanpa melupakan. kupikir untuk apa kita membuang-buang banyak waktu lantas mencoba melupakan sesuatu yang memang tak pernah bisa kita lupakan, yang bisa dilakukan hanyalah menerimanya dan mencoba mengerti bahwa beberapa hal memang telah berubah dan kita tak punya kuasa jika Dia telah menentukan segalanya. yang terbaik tak pernah salah arah, bukan?

bagaimanapun, aku mesti menerima kenyataan. dan ketahuilah, untuk jutaan detik yang telah pergi, saat ini aku sedang mencoba berbahagia untukmu, untuk segala yang telah kita bagi, dan tentu saja untuk diriku sendiri.

kau pun sudah cukup tahu, bukan, bahwa aku bisa dengan segala kerelaan melakukan apapun untukmu jika saja kau mengizinkan. namun kau selalu melarangku melakukannya untukmu dan sempat ada perdebatan kecil di antara kita ketika kukatakan bahwa kau hanya takut untuk segala kemungkinan yang akan terjadi kelak. lalu apalagi yang tersisa yang bisa kulakukan untukmu, selain doa yang tak pernah putus untuk segala kebaikan yang semoga tak akan pernah lupa untuk selalu menyapamu.

dudul.