(bogor, februari 2015)
siang ini ketika menulis surat untukmu lagi aku baru saja sampai di kosan. aku pulang dari kampus lebih awal, kemudian melahap dua potong roti sebagai makan siang. aku memang sedang berusaha menurunkan berat badan, lantaran nafsu makanku yang tak bisa dikendalikan. kau tahu, aneh rasanya ketika sedang berjalan dengan perut membuncit. dan jika kau ingin tahu bagaimana keadaanku ketika menulis surat ini untukmu, aku sedang duduk di samping tempat tidurku dengan gorden yang tertutup sehingga kamarku menjadi sedikit gelap, namun lampu kamar mandi yang selalu kubiarkan menyala memberikan penerangan seadanya. aku menyukai suasana seperti ini, rasanya seperti hanya ada kau dan aku.
jadi, bagaimana kabarmu? istirahatlah yang cukup dan kurangilah menghisap rokok. minggu ini, aku sudah mulai disibukkan lagi dengan kuliah. masuk laboratorium ketika subuh dan sore hari sangat menyiksaku. kuharap siklus tidurku akan berubah jadi lebih teratur karenanya. kau tahu, aku ingin segera menyelesaikan kuliahku lantas menetap di suatu kota menghabiskan waktu dan uang dari hasil kerja sendiri, memiliki kekasih, menikah, lalu mempunyai anak yang lucu. kupikir hal-hal seperti itu akan menyenangkan, bukan?
minggu depan aku berencana akan pulang ke rumah mom, lantaran akan menghadiri pernikahan mantan kekasihku. jika saja aku tak berjanji untuk menghadirinya, kupikir aku tak perlu untuk pulang. barangkali aku bisa mengirimkan doa untuknya saja, itupun kalau dia tak keberatan. namun karena hari pernikahannya bertepatan di akhir pekan maka barangkali aku bisa mencuri sedikit waktu.
aku selalu memikirkan bagaimana rasanya ditinggal menikah, dan saat ini akupun akhirnya tahu. maksudku, bukan berarti aku masih berharap padanya. hanya saja ditinggalkan orang yang dekat dengan kita rasanya segetir ini. sama saja bahwa hubungan kita dengannya tak bisa lagi seperti dulu, lantaran sudah ada yang lebih berhak untuk dirinya. aku dan mantan kekasihku ini mempunyai kisah yang sederhana sebetulnya, berawal ketika kami sama-sama masih memakai seragam putih abu-abu, kemudian berlanjut hingga kami masuk ke universitas. lantaran berada di lingkungan baru membuatku sedikit kaget lantas aku memaksakan diri melakukan hal-hal yang membuat mom marah. dan itu menjadi permulaan ketika aku dan mantan kekasihku ini merasakan kejenuhan satu sama lain yang pada akhirnya aku memilih untuk memutuskan hubungan dengannya. sempat aku meminta untuk kembali, namun dia mengatakan bahwa semuanya sudah berubah kecuali hubungan pertemanan yang akan terus berlanjut. butuh waktu dua tahun untuk bisa menerima keputusannya. hingga dia mempunyai kekasih baru dan menjalani hubungan beberapa tahun lalu memutuskan untuk menikah, membuatku sedih sekaligus bahagia untuknya.
selama ini aku memang kerap kali membayangkan diriku memiliki kekasih yang bisa kuajak menonton pertunjukan-pertunjukan seni, datang ke galeri dan pameran, ataupun bisa memainkan musik untukku. meskipun selera kami berbeda aku akan berusaha memperkenalkan kesukaan-kesukaanku padanya. kami akan saling menerima dengan segala kekurangan dan mensyukuri segala kelebihan yang kami miliki. yah, seperti teman-temanku yang lain, akupun sudah ingin mempunyai kehidupan baru dengan lelaki yang telah menikahiku. lalu menikmati masa-masa di mana aku dan dia bisa pergi ke swalayan sembari memegang kereta dorong yang dipenuhi belanjaan.
namun bagaimana caraku untuk memiliki kehidupan seperti itu, ketika melupakanmu dan memulai hubungan yang baru saja aku belum bisa?
dudul.