hingga malam meredupkan warna


banyak keresahan yang tak ingin kau ceritakan, serupa rangkaian kata di dalam kotak kaca yang tak pantas untuk kubaca. jika saja aku mampu menelan ledakan amarah dalam kepalamu yang tak mampu kau atasi, maka dengan langkah yang kerap patah akan kulakukan hingga malam meredupkan warna. hanya saja, aku gemar melupa bahwa bukan aku segalamu. meski selalu kujadikan kau alasan segala keputusan. lantas pahit kerap membunuh langit, hingga ia melupa bahwa bintang seharusnya bersinar di matamu.

aku, aku bukanlah perempuan bermata elang yang lihai mengartikan amarah di balik kepalan tanganmu. hanya doa di setiap sujud yang selalu kulukiskan, hingga ia menjelma serupa kumpulan bunga warna-warni; yang perlahan sanggup mengabaikan musim yang menggugurkan. namun, bukankah begitu banyak kemungkinan yang akan membuatnya mati? kau tahu, kau tak harus mempercayainya.

untuk sepasang kakimu yang kerap melangkah di atas lantai dansa penuh pecahan kaca, barangkali segalanya telah kau percaya bahwa tak ada bahagia di ujung sana. akan tetapi kau gemar melupa bahwa meski tak kau ingini, selalu ada aku di sana; entah menunggu untuk kau izinkan melunakkan asin amarahmu atau kembali merasakan pusaran waktu yang perlahan membunuhku.

kau, kau harus bahagia.
maafkan aku, atas kerasnya rasa hingga melupa bahwa aku pun pantas untuk kembali bahagia.




- P.S. i love you -