surat ke-51

(bogor, maret 2015)

seharian tadi hanya kulewati dengan meringkuk di tempat tidur, lantas menghabiskan dua gelas kopi sembari menikmati acara televisi yang membosankan. apakah perasaanmu sudah membaik? aku baik-baik saja dan sedikit mengkhawatirkanmu lantaran kemarin kau sedikit marah yang entah kau tujukan kepada siapa. lama tak menulis surat untukmu. hingga di penghujung bulan, ini surat ketiga untukmu, bukan? kurasa itu jauh lebih baik jika dibandingkan kau harus mendengar keluhanku di setiap saat aku menulis surat.

jam di komputerku menunjukkan angka dua dini hari ketika kuputuskan menulis ini. aku seharusnya tidur lantaran ada kuliah di pagi hari. namun kau tahu sendiri, aku selalu sulit untuk tidur di malam hari. aku baru saja selesai berkicau di twitter tentang cerita lama. aku sedikit menceritakan bahwa pernah di suatu pagi ketika aku masih memakai seragam putih abu-abu, kudapati sebuah surat tanpa nama yang terselip di kaca jendela kamarku. semacam surat cinta yang entah dari mana datangnya, dan hingga detik ini aku tak pernah tahu siapa yang berhasil meletakkannya di sana. bisa saja seorang anak lelaki yang disuruh seseorang atau bahkan tak menutup kemungkinan penulis suratnya sendiri yang melakukannya. sejujurnya ketika membaca suratnya itu aku merasa jijik di waktu bersamaan, entahlah. barangkali karena saat itu aku mempunyai kekasih. aku hanya sedikit kesal kepada si penulis surat, lantas tanpa perasaan dan pikir panjang aku merobek kertas tersebut menjadi empat bagian kemudian membuangnya kembali keluar jendela. ah, sialnya aku baru menyadari satu hal malam ini, bahwa aku sudah begitu jahat padanya. saat ini aku baru merasakan bahwa dia begitu tulus melakukannya, hanya saja waktu itu aku belum mengerti mengapa dia melakukan hal seperti itu. barangkali dia tipe anak lelaki yang pemalu sehingga dia tak mempunyai keberanian untuk mengatakannya langsung di hadapanku

aku tak tahu mengapa cerita lama semacam itu bisa hadir di kepalaku pada jam-jam seperti ini. aku pun jadi ingat bahwa semua surat yang pernah kutulis untukmu tak akan pernah kau baca. tak satu pun. barangkali si penulis surat memberiku kutukan sesaat setelah dia mendapati suratnya bernasib buruk di luar jendela. bahwa apa yang dia harapkan tak sesuai. lantas apa yang kulakukan untukmu setahun lebih belakangan ini hanyalah sia-sia. apakah sebaiknya aku berhenti menulis surat saja? biar kau senang terlebih si pemberi kutukan itu.

jadi, aku baru saja berkenalan dengan seorang lelaki. benar katamu, bahwa sudah saatnya aku keluar dari kenyamanan dan bertemu dengan orang-orang baru. hanya saja aku sedikit ragu untuk membuka ruang. lelaki ini usianya sama denganmu, dia seorang designer web. kau tahu, aku menyukai pekerjaan seperti itu. dia juga seorang penulis, katanya sebentar lagi bukunya akan terbit. dia menyetujui, ketika kuminta untuk mengirimiku buku yang lengkap dengan tanda tangannya. aku juga sempat membaca beberapa tulisan di blog pribadinya. dari situ, aku merasa bahwa barangkali dia juga pernah kehilangan seseorang. lagi pula siapa manusia di dunia ini yang tak pernah kehilangan? yang berbeda hanyalah bagaimana cara kita menyikapinya.

kau sendiri? apakah kau sudah menemukan perempuan yang cocok buatmu? ah aku berani bertaruh bahwa menemukan perempuan yang sesuai tipemu akan memakan waktu yang lama. aku akan memberimu saran, carilah perempuan yang penyabar, sebab kau membutuhkannya. lagi pula mendapatkan yang penyabar dan cantik barangkali akan semakin menyulitkanmu. namun kau selalu tahu bahwa aku selalu mendoakanmu agar kau mendapatkan segala yang terbaik, bukan? maka setiap sujudmu pada Tuhan selesai kau harus mengamininya.

apapun itu, aku sangat bahagia mengetahui bahwa hidupmu semakin baik. ketahuilah, bahwa keresahan yang kerap hadir hanyalah perkara seberapa kuat kau mengatasinya.

aku merindukanmu.

dudul.