(bogor, mei 2015)
"sugar, kamu selalu terlihat bahagia." begitulah yang selalu dikatakan oleh teman-temanku di kampus, lantas aku tersenyum lebar dengan hati yang sedikit menjerit. kupikir, perasaan-perasaan seperti keperihan, kesedihan, ketakutan, kecemasan, keraguan, bahkan kekalutan bukan untuk dibagi. namun kau tahu, denganmu, aku akan selalu membagi apa saja. apa saja.
perihal bahagia yang selama ini mereka lihat ialah usahaku untuk terlihat baik-baik saja. dan tentunya untuk menunjukkan padamu bahwa aku kuat, atau anggap saja bahwa aku sedang belajar berdamai dengan diri sendiri. kurasa bahagiaku yang sesungguhnya ada padamu.
perihal bahagia yang selama ini mereka lihat ialah usahaku untuk terlihat baik-baik saja. dan tentunya untuk menunjukkan padamu bahwa aku kuat, atau anggap saja bahwa aku sedang belajar berdamai dengan diri sendiri. kurasa bahagiaku yang sesungguhnya ada padamu.
kau tahu, dua malam yang lalu, secara tak sengaja aku mendapati fotomu di sebuah akun media sosial milik adikmu. sejujurnya aku sudah hampir lupa bagaimana wajahmu, lantaran sudah setahun lebih aku tak pernah melihatmu. kau terlihat sehat, pipimu sedikit
berisi, rambutmu lebih panjang dari sebelumnya, dan kau tersenyum lebar.
kau tahu, hatiku remuk di saat yang sama. kuakui, aku tak bisa menahan perasaan bahwa aku sangat merindukanmu, lantas aku menangis tersedu-sedu sembari mengutuk diriku sendiri yang tak pernah bisa seutuhnya lari darimu. aku selalu ingin menanyakan padamu, bagaimana caramu melakukannya waktu itu? maksudku, lari dariku.
kupikir, aku tak pernah bisa berhenti menulis surat untukmu seperti yang kukatakan di suratku sebelumnya. bahwa aku selalu ingin menceritakan apa saja padamu. apa saja.
tak ada kepura-puraan, seolah kau rumah bagi segala perasaanku.
tak ada kepura-puraan, seolah kau rumah bagi segala perasaanku.
dudul.