(bogor, juni 2015)
barangkali, aku sengaja mengabaikan menulis surat untukmu. terlebih waktuku banyak tersita dengan ujian akhir. tak banyak yang terjadi, selain lelah yang kerap hadir dan tugas-tugas kuliah yang selalu kukerjakan terburu-buru. jadi, bagaimana kabarmu? beberapa waktu yang lalu kau bertanya, apakah aku akan pulang pada liburan ini? iya, di awal juli nanti aku berencana untuk pulang dan demi menghindari harga tiket pesawat yang mahal lantaran telah memasuki musim liburan maka kemarin sore aku memutuskan memesan tiket dengan penerbangan sore hari.
kau tahu, sejak beberapa minggu yang lalu aku sudah sangat merindukan rumah. terlebih aku sangat merindukan aroma dapur mom. masakan mom memang selalu terlihat aneh namun bukan berarti tak enak, dan tidak juga sangat enak. hanya saja aku, dad, dan juga adik-adikku selalu menantikannya. aku merindukan ketika mom memanjakanku dengan memasak makanan apa saja yang kuinginkan. sejujurnya, aku merasa bosan dengan makanan yang ada di sini yang setiap harinya hanya itu-itu saja. terlebih aku sudah jarang, bahkan tak pernah lagi untuk memasak. biasanya, pada hari libur ketika aku tak ke kampus dan tak ada keperluan lain, telor ceplok, pasta, sayur asem, atau pun mi rebus menjadi andalanku. kuakui, bahwa aku tak pandai dalam hal memasak apalagi memilih bumbu masakan. hingga kini pun, aku tak bisa dimintai tolong untuk memasak dengan bumbu dapur yang rumit. setiap kali mom memasak aku tak pernah ikut mengambil bagian di dapur, entah untuk sekedar mengaduk masakan maupun pekerjaan sederhana lainnya.
semenjak suratku yang terakhir, aku merasa baik-baik saja. barangkali, karena kau sudah bersama yang lain. maksudku, kau tak merasa kesepian lagi, terlebih saat ini ada yang memperhatikanmu dan juga hidupmu tak lagi biasa sebab ada seseorang yang kau perjuangkan. sejujurnya aku merasa lega, iya, dan kalian harus baik-baik saja.
kau ingat? dua tahun yang lalu kau sempat memperkenalkanku dengan perempuanmu itu. saat itu kalian masih berteman baik. yang bahkan kerap membuatku iri dengan kedekatan kalian adalah kau sangat membanggakannya, kau sangat menyukainya. iya, lantaran dia lebih membuatmu nyaman, barangkali. dan juga, dia hebat dalam menggambar. barangkali, dia tak pernah mengecewakanmu, tak pernah menangis di depanmu, atau bahkan perempuanmu itu tak pernah bersikap kerasa kepala terhadapmu. kau tahu, seketika perasaan sedih hadir dalam dadaku dengan mengingat beberapa kegagalanku dan lagi-lagi hal itu membuatku iri dengannya. namun, aku tak perlu menangisinya, bukan?
lalu hari ini, aku berusaha mengingat mengapa aku tak kunjung menangis dalam beberapa minggu belakangan padahal aku kerap merasakan sedih. namun, ada satu hal yang pernah membuatku menangis bodoh. maksudku, aku sempat menangis di perpustakaan kampus beberapa hari yang lalu lantaran dokumen tugas kuliahku yang kukerjakan semalaman hingga tak sempat tidur sebab telah deadline tiba-tiba saja menghilang dari komputerku. aku sangat menyesali dan mengutuk sifat cerobohku ini, hingga akhirnya mau tak mau segalanya harus kukerjakan ulang. barangkali, benar katamu bahwa aku memang dudul. dan kau tahu, aku selalu tersenyum sendiri setiap kali mengingat kau memanggilku dudul. kita tak mungkin bertemu lagi, bukan? namun kau mesti ingat, bahwa meski sebentar aku pernah menjadi bagian dari hidupmu.
dudul.