surat ke-70

(bogor, oktober 2015)

sejak beberapa hari aku sangat ingin menulis surat ini, namun selalu tak punya waktu lantaran terlalu disibukkan dengan banyak kegiatan di kampus hingga pulang ke kosan pun seringkali aku sangat kelelahan. terlebih, aku merasa sedikit bingung harus memulai dari mana, terlalu banyak yang ingin kukatakan.

seminggu yang lalu kau sempat mengirimiku pesan pada pukul tiga pagi. lantas aku berpikir bahwa ada yang tak beres denganmu. maksudku, itu di luar kebiasaanmu. hingga beberapa hari aku menunggu, dan yah memang benar kau sedang tak baik. kekasihmu meninggalkanmu dan kau sangat terpuruk sebab kau menggantungkan segala harapan padanya. tanpa alasan yang pasti aku merasa semakin membenci perempuanmu itu, maafkan aku. sejujurnya, menyedihkan mengetahui hal tersebut lantaran aku percaya bahwa bersamanya kau akan baik-baik saja.

kau masih ingat sekali waktu aku pernah mengatakan bahwa ketika kau bahagia maka aku akan lebih bahagia, ketika kau sedih pun akan seperti itu. kau mengeluhkan banyak hal padaku; mengutuk diri sendiri bahwa kau kecewa lantaran tak pernah bisa dan tak pernah siap lantas bisa saja aku menertawai atau bahkan merasa sangat senang dengan hal tersebut; bahwa kau akhirnya merasakan kehilangan. namun, aku sangat tahu bagaimana rasanya ditinggalkan seseorang yang sangat kita cintai. barangkali kau merasa hampir gila atau yang lebih buruk kau ingin mati saja. maafkan aku sebab tak bisa berbuat apa-apa untukmu, yang bisa kulakukan hanya mendengar dan sangat ingin memelukmu saat itu juga.

tak seperti yang kau pikirkan bahwa aku bahagia melihatmu sakit, aku seolah bisa merasakan hal yang sama denganmu. setelah kau mengirimiku pesan pada pukul tiga pagi itu, maka selama berhari-hari perasaanku menjadi tak enak. sekali waktu aku menghadiri seminar di kampus namun sepuluh menit pertama aku memutuskan meninggalkan ruangan. aku merasa aneh, seolah tubuh dan pikiranku berada pada tempat yang berbeda. aku mengkhawatirkanmu dan kerap mendoakanmu lebih lama dari biasanya.

kau tahu, aku sempat bertemu seorang peramal. dia mengatakan bahwa ada hal berharga dalam hidupku yang akan kembali, yang aku sendiri sudah tak mengharapkannya lagi. aku merasa hal itu berhubungan denganmu. yah, anggap saja bahwa saat ini kau kembali padaku, lantaran aku merasa sangat dibutuhkan dengan kau masih mengingatku, meski dalam keadaan sedih sekalipun. aku tak peduli jika kelak ketika kau bahagia kau tak mengingatku lagi, asalkan kau baik-baik saja itu sudah cukup. kau selalu mengatakan agar aku membencimu, namun bagaimana bisa aku melakukannya, sementara hampir setiap hari aku hanya memikirkanmu. apakah kau baik-baik saja? sedang apa? sudah bangunkah? yah hal-hal semacam itu.

segalanya akan berlalu. kesakitanmu tak akan tinggal lama. malam kemarin bukankah aku memohon bahwa hari itu adalah hari terakhir kau bersedih, maka lakukan segala hal yang ingin kau lakukan; kau bisa menangis sepuasnya, mabuklah hingga tak sadarkan diri, atau hal-hal lain yang bisa membuatmu lega. tapi keesokan harinya, aku mohon berhentilah bersedih dan tak mengingat perempuan itu lagi. aku menyayangimu.

dudul.