surat ke-72

(bogor, 18 oktober 2015)

sebenarnya, jauh hari sebelum hari ulang tahunku, aku sudah merencanakan menghabiskan waktu di luar kosan dengan mengunjungi bioskop, menikmati beberapa cangkir kopi, membeli beberapa tangkai bunga segar, dan juga membeli tart lalu merayakan ulang tahun sendiri; sedikit bersenang-senang memasuki usia dua puluh lima tak ada salahnya, bukan? lantas, pukul satu dini hari uci dan seorang temannya mengetuk pintu kamarku dengan tart lengkap bersama lilin. aku merasa gagap, sudah beberapa kali ulang tahun tak disuguhi seperti ini. terakhir kali mantan kekasihku melakukan hal yang sama, waktu itu aku berulang tahun yang ke tujuh belas. mom sudah menelepon dua hari yang lalu lantas (selalu) menjadi orang pertama yang mengucapakan "selamat ulang tahun", kemudian kau keesokan harinya.

tak lupa, andi memberiku rekomendasi sebuah café yang unik sesuai seleraku untuk kukunjungi di hari ulang tahunku. namun hingga hari itu tiba semua rencanaku batal, lantaran dengan terpaksa aku hanya menghabiskan waktu seharian di atas tempat tidur, menelan beberapa pil obat, lalu kembali tidur. yah, sudah empat hari kondisi tubuhku sedang tak sehat. kau tahu, tadi pagi aku dibangunkan oleh dering telepon dari mantan kekasihku itu, saling memberi ucapan untuk hari ulang tahun masing-masing memang tak pernah kami lewatkan. meski saat ini ia sudah menikahi seorang perempuan yang sangat pencemburu. menerima telepon dari adik lelakiku di siang hari, membaca beberapa ucapan dari sepupu dan teman-teman--yang belum pernah kutemui maupun yang setiap hari kutemui--di media sosial, dan tentu saja menghabiskan tart sisa semalam.

angka hanya perihal pertanda bahwa aku kembali diluruhkan usia. malam kemarin, dengan sedikit bercanda aku sempat mengatakan kepadamu bahwa aku takut menjadi keriput. lalu kau mengatakan bahwa semua orang pasti akan mengalaminya. kemudian tak ada doa untukku seperti tahun lalu dan tahun lalunya lagi, sebab kau sudah mendoakan yang lain. tak apa, asal kau selalu mengingatku saja. lantas, apa saja yang terjadi setelah hari ini aku sangat ingin membanginya denganmu. aku punya banyak doa dan harapan yang menggantung di atas kepala. semoga satu per satu akan segera menjadi nyata.



dudul.