seharian hanya kuhabiskan di kosan meringkuk di bawah selimut hingga membuat kepalaku sakit, yah benar-benar sakit dan bukan pusing. aku pun merasa mual, maka kuputuskan untuk ke luar mencari makan siang. setelahnya, kau bisa menebak bahwa aku kembali tertidur dan bangun ketika hari sudah sore. aku mengecek pakaian kotor di keranjang, tak banyak, mengingat bahwa seminggu ini memang waktuku banyak kuhabiskan di kosan lantaran aku terkena diare, maka dari itu aku tak terlalu sering berganti pakaian. tapi kuputuskan untuk mencucinya dan naik ke atap untuk menjemur.
langit sore tadi berwarna cokelat atau abu-abu, entahlah, cuaca sedang berkabut, dan angin pun terasa lengket di kulitku. setelah menjemur pakaian aku memutuskan untuk duduk sebentar menikmati sore. merasakan angin yang tak nyaman. aku melanjutkan membaca novel kedua yang kubaca bulan ini sembari mendengarkan musik yang memainkan lagu cinta. sebenarnya aku muak mendengar musik semacam itu tapi di daftar laguku hanya tersedia itu. sesekali aku mendongak ketika merasa ada sekawanan burung melintas di atas kepalaku.
aku tak bisa konsentrasi membaca, aku memikirkanmu. sepanjang waktu. lantas aku menutup novel dan memandang kejauhan. namun yang kulihat hanyalah deretan rumah yang tersusun acak serta beratap merah. aku mengingat bahwa sudah seminggu kau tak memberi kabar. maksudku, setelah perdebatan kecil malam itu. ketika kau masih saja merasa sedih dengan kepergian kekasihmu. lantas aku memintamu untuk menyerah saja atau sebaiknya kau menemuinya dan menanyakan langsung bagaimana perasaannya terhadapmu. menurutku, kau harus tahu bagaimana perasaannya setelah meninggalkanmu lantaran aku merasa tak adil jika hanya kau yang merasakan sakit dan terluka. kau tak menyukai semua yang kukatakan waktu itu, bahwa perempuan itu tak menyukaimu lagi lantaran merasa kecewa terhadapmu. kau tahu sendiri kekecewaan butuh waktu lama untuk sembuh. maafkan aku. aku hanya tak bisa melihatmu seperti itu terus, merasa putus asa dan dilanda kesedihan yang mendalam.
sejujurnya, aku merindukanmu. selama beberapa hari aku menunggumu menghubungiku sebab bukan kebiasaan di antara kita jika aku yang menghubungimu duluan. aku sekedar ingin tahu kabarmu saja, atau jika ingin lebih jujur lagi aku ingin tahu apakah kau masih menunggu perempuan itu kembali? tidak, aku tidak ingin kau kembali kepadaku. namun jika kau merasa perlu maka tak apa, aku akan selalu menerimamu.
kita bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan di masa lalu. dan aku berjanji tak akan mengulang segala hal yang akan merugikanmu. baiklah, anggap saja aku menawarkan diri namun aku tak serendah yang kau bayangkan. kau tahu, aku hanya ingin menolongmu dan kau pun bisa menolongku. kupikir tak ada salahnya membuang jauh ego masing-masing. aku selalu beranggapan bahwa ada saat di mana kita harus memperbaiki diri. namun aku selalu tahu, bagaimana perasaanmu terhadapku selama dua tahun ini. bahwa kau sudah tak merasakan apa-apa lagi, kau hanya menganggapku sebagai perempuan yang kapan saja bisa kau datangi dengan keluhan yang menghimpit kepalamu. dan sialnya perasaanku tak pernah berubah meski berulang kali kucoba untuk mengabaikanmu, dan meski berulang kali kau memintaku mencari penggantimu, aku tak pernah bisa. maafkan aku.
dudul.