(bogor, november 2015)
aku sedang berada di perpustakaan kampus mengerjakan proposal penelitianku dan merasa bahwa semua ini sudah tak menarik lagi. yah, memang tak pernah menarik. maka kuputuskan untuk menulis surat untukmu. surat pertama. sebelumnya aku tak pernah berpikir untuk melakukan ini namun kau terlalu sering mengunjungiku, maksudku mengunjungi mimpiku. aku merasa tak tahan ingin segera memberitahumu bahwa sampai kapan kau akan terus berada di sana? jika kau bertanya seberapa sering maka aku tak bisa menjawabnya. terlalu sering hingga membuatku tak bisa menghitung. mungkin sejak berbulan-bulan yang lalu.
kita tak saling mengenal, maksudku aku mengenalmu, tapi hanya namamu. kita hanya saling tahu nama masing-masing. kita tak pernah bertemu. yah, kecuali di mimpiku. apakah menurutmu yang seperti itu terasa buruk? dua tahun yang lalu aku sempat berkunjung ke rumahmu namun aku tak melihatmu, ibumu bilang kau sedang berada di tempat yang jauh. kami tak banyak membicarakanmu. hanya sedikit dan sebentar. kurasa tak lebih dari tiga menit.
kita tak saling mengenal, maksudku aku mengenalmu, tapi hanya namamu. kita hanya saling tahu nama masing-masing. kita tak pernah bertemu. yah, kecuali di mimpiku. apakah menurutmu yang seperti itu terasa buruk? dua tahun yang lalu aku sempat berkunjung ke rumahmu namun aku tak melihatmu, ibumu bilang kau sedang berada di tempat yang jauh. kami tak banyak membicarakanmu. hanya sedikit dan sebentar. kurasa tak lebih dari tiga menit.
setiap kali aku mendengarkan sebuah lagu dari salah satu band rock irlandia the script aku selalu memikirkanmu. entahlah, kupikir lagu itu cocok denganmu. ketika membaca ini, barangkali aku terkesan sangat lancang tapi aku tak peduli.
aku perlu menuliskan segalanya dengan begitu aku tak akan menjadi gila
dan tetap waras. aku tak punya apa-apa untuk menarik perhatian seseorang. aku
tak seperti perempuan-perempuan lain yang kutahu pernah bersamamu. aku
tak secantik mereka, aku tak selalu wangi, aku penuh dengan keluhan dan saat ini aku sedang berusaha berdamai dengan hatiku sendiri. dan mungkin sebentar lagi aku juga harus berdamai dengan berat badanku.
aku kerap berpikir, tak bisakah kau jadi nyata? duduk di hadapanku dan aku bisa leluasa memandangimu, menyentuh kulitmu. aku bisa mendengar suaramu, menikmati tawamu, menyelami matamu, dan mengetahui keseharianmu. kita bisa mengobrol panjang. mengobrol apa saja. tentang luka, mimpi, dan harapan terbesar. ada banyak yang ingin kuceritakan padamu, tentang bagaimana aku bertemu dengan kakak lelakimu, yang pada akhirnya membuatku terdampar di rumahmu dan menjalani beberapa hari yang terasa asing bagiku namun menyenangkan. bertemu dengan orang tuamu benar-benar mengesankan, aku sangat menyukai ibumu. sungguh. ibumu sangat pengertian dan berhati lembut. yah, semuanya telah lama berlalu tapi aku masih bisa mengingat segalanya. kupikir sehari cukup. hanya ada kau dan aku. setelahnya aku tak peduli jika kita kembali menjadi dua orang asing. karena kupikir sudah seharusnya seperti itu.
aku kerap berpikir, tak bisakah kau jadi nyata? duduk di hadapanku dan aku bisa leluasa memandangimu, menyentuh kulitmu. aku bisa mendengar suaramu, menikmati tawamu, menyelami matamu, dan mengetahui keseharianmu. kita bisa mengobrol panjang. mengobrol apa saja. tentang luka, mimpi, dan harapan terbesar. ada banyak yang ingin kuceritakan padamu, tentang bagaimana aku bertemu dengan kakak lelakimu, yang pada akhirnya membuatku terdampar di rumahmu dan menjalani beberapa hari yang terasa asing bagiku namun menyenangkan. bertemu dengan orang tuamu benar-benar mengesankan, aku sangat menyukai ibumu. sungguh. ibumu sangat pengertian dan berhati lembut. yah, semuanya telah lama berlalu tapi aku masih bisa mengingat segalanya. kupikir sehari cukup. hanya ada kau dan aku. setelahnya aku tak peduli jika kita kembali menjadi dua orang asing. karena kupikir sudah seharusnya seperti itu.
pagi tadi, aku merasakan sesak. aku terbaring di tempat tidurku seperti penderita kanker. aku tak ingin beranjak dari sana, aku ingin terus tertidur, dengan begitu aku bisa terus bersamamu. perasaanku mendesak ingin mengatakan bahwa aku sangat ingin menyentuhmu. maksudku benar-benar menyentuhmu. lalu kupandangi telapak tanganku. di mimpiku aku sedang menggenggam jemarimu dan aku seolah bisa merasakan gesekan kulitmu di sana.
aku tak tahu apa arti dari semua ini. menurutmu apakah aku sedang melakukan pengkhianatan? apakah surat ini adalah bentuk pengkhianatan? karena aku yakin, sedikit banyak kau tahu tentang hubunganku dengan kakakmu. tapi kami tak mempunyai hubungan apa-apa. maksudku, kami mempunyai hubungan yang aneh. dia terkadang membutuhkanku sekaligus mengabaikanku seolah aku tak berarti apa-apa. sejujurnya, semua yang telah terjadi di antara kami sangat sulit untuk kujelaskan. dan maafkan aku jika menurutmu semua ini tak penting.
//
P.S. haruskah aku memperkenalkan diri secara resmi? sejujurnya aku membenci namaku. maksudku, nama asli. nama yang tertulis di kartu tanda penduduk. seperti nama ikan. aku sedikit tak menyukainya meski namaku adalah gabungan dari nama mom dan dad. jadi kupikir kau bisa memanggilku apa saja. yah, apa saja asalkan terdengar manis. aku sangat menyukai sesuatu hal yang baru.
tertanda,
_