surat ke-78

(bogor, november 2015)

aku sedang membaca novel dan tak bisa berkonsentrasi mendengar bunyi tetes air di atas kasurku. yah, sepanjang sore ini hujan dan langit-langit kamarku menjadi lembab lantas titik-titik air menetes dari atas sana dan membuat kasurku basah membentuk pola lingkaran sempurna, kau bisa membayangkan pizza, kau hanya tinggal menaburinya dengan potongan sosis, keju, dan beberapa sayuran. kurasa sebentar lagi aku tak bisa tidur di kasur. dan aku membeci musim hujan, aku membenci air hujan.

pesanku yang kukirim kemarin baru kau balas sore tadi. yah, akhirnya aku memberanikan diri menjadi orang pertama mengirimimu pesan dan menanyakan kabar. aku merasa resah, aku memperhatikanmu beberapa hari, kau lagi-lagi sedang tak baik. aku menanyakan apakah kau baik-baik saja? kau menjawab singkat, "kupikir seperti itu". lalu aku lanjut bertanya, apakah karena perempuan itu lagi? kau tertawa lalu mengatakan sedang dalam perjalanan dan sudah tak di kediri lagi. lantas mengakhiri percakapan. kau pergi. maksudku, kau pergi dari kotamu. tiba-tiba dadaku dipenuhi sesak, semakin sesak. kalimat terakhirmu membuatku kaget. pikiranku kosong dan tak bisa berpikir. tak seperti biasanya, kali ini aku ingin sekali mengetahui ke mana pergimu.

apakah kau hanya berlibur mengikuti saranku waktu itu ataukah kau memang pindah ke kota yang lebih baik? kota yang tak dipenuhi sesak. kota yang tak ada kenangan tentang perempuan itu. atau kota yang tak akan menuntutmu menjadi apa-apa? semoga kau baik-baik saja.

sejujurnya, aku lebih terluka melihatmu seperti sekarang ini dibanding ketika kau pergi meninggalkanku dan tak peduli terhadap perasaanku. terlebih, aku tak bisa berbuat apa-apa sejak kau memintaku untuk membantumu melupakan perempuan itu. pernah sekali lagi, untuk yang ketiga kalinya aku menawarkan diri untuk mengunjungimu. tapi lagi-lagi kau menolak dengan tegas. kau menolak seolah bertemu denganku merupakan sebuah ancaman. tapi, kau tahu, untuk saat ini aku tak siap jika kau harus pergi dari kehidupanku.

aku menunggu kabar baik darimu.

dudul.