aku pernah berpikir bahwa waktu untuk kita telah habis. benar-benar habis. namun terkadang apa yang kita pikirkan tak pernah terjadi. banyak ataupun sedikit waktu yang tersisa aku tidak peduli. kau membuatku semakin jatuh, kuharap ini yang terakhir. jelas rasanya sakit namun tetap saja kunikmati.
hal pertama yang muncul di kepalaku ketika sedang berada di kereta yang akan membawaku kembali ke bogor adalah apakah ini pertemuan terakhir kita? benar-benar terakhir? aku takut hingga menangis diam-diam adalah satu-satunya cara mengeluarkan sesak di dadaku. delapan jam perjalanan hanya kugunakan untuk memikirkan tentang kita, sembari menatap keluar jendela tanpa menoleh sedikitpun. oh aku begitu takut dan kesedihan tak berhasil kututupi dari mataku.
selalu menatap matamu lantas merasa bahwa bisa melihatmu saja sangat membuatku bahagia, maka aku gemar berdoa pada Tuhan di waktu yang sama bahwa aku sangat ingin hidup bersamamu. menghabiskan waktu denganmu lebih dari yang pernah kita lalui. kurasa terdengar sangat egois maka kepalaku seolah tak mau kalah; mengingatkan bahwa tak ada masa depan untuk kita. jelas, itu tak akan terjadi. lantas aku berhasil memenangkan perdebatan dengan sepasang mataku sendiri bahwa tidak mengeluarkan air mata setetespun di hadapanmu adalah satu hal yang sangat kubanggakan. kau senang? sudah kukatakan aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.
harusnya aku menulis hal-hal yang indah tentang pertemuan kita; betapa aku sangat bahagia hingga kikuk di hadapanmu. betapa aku sangat menyukai menatap matamu; pasrah pada suhu dan wangi tubuhmu; tenggelam dalam pelukanmu. aku ingin selamanya. tapi kau tahu, semua terasa tak ada artinya jika hanya aku.
terlalu banyak hal yang muncul di kepalaku waktu itu, bahwa tak ada yang pantas berada di sampingmu selain egomu sendiri. bahwa hingga detik ini aku tak pernah dihargai sedikitpun dan tak pernah dianggap ada. kau berada sampingku, tentu saja, namun seolah kau berada di tempat lain. kau menatap mataku, aku jelas menyukainya, namun terasa menikam, seolah kau menegaskan bahwa tak ada aku di manapun dalam dirimu. yeah, aku merasa ini pertemuan terakhir kita. lebih baik begitu, bukan?
aku lelah kehilangan, aku ingin menemukan. kurasa mantra seperti itu akan sangat cocok untukku. aku benar-benar ingin menemukan, barangkali seseorang yang lebih menghargai. aku ingin jatuh cinta, kupastikan bukan kepadamu lagi. barangkali kau akan mengerti jika kukatakan bahwa saling jatuh cinta itu menyenangkan, namun sendiri jatuh cinta jelas menyakitkan. maka aku tak ingin sendiri jatuh cinta lagi.
harusnya aku menulis hal-hal yang indah tentang pertemuan kita; betapa aku sangat bahagia hingga kikuk di hadapanmu. betapa aku sangat menyukai menatap matamu; pasrah pada suhu dan wangi tubuhmu; tenggelam dalam pelukanmu. aku ingin selamanya. tapi kau tahu, semua terasa tak ada artinya jika hanya aku.
terlalu banyak hal yang muncul di kepalaku waktu itu, bahwa tak ada yang pantas berada di sampingmu selain egomu sendiri. bahwa hingga detik ini aku tak pernah dihargai sedikitpun dan tak pernah dianggap ada. kau berada sampingku, tentu saja, namun seolah kau berada di tempat lain. kau menatap mataku, aku jelas menyukainya, namun terasa menikam, seolah kau menegaskan bahwa tak ada aku di manapun dalam dirimu. yeah, aku merasa ini pertemuan terakhir kita. lebih baik begitu, bukan?
aku lelah kehilangan, aku ingin menemukan. kurasa mantra seperti itu akan sangat cocok untukku. aku benar-benar ingin menemukan, barangkali seseorang yang lebih menghargai. aku ingin jatuh cinta, kupastikan bukan kepadamu lagi. barangkali kau akan mengerti jika kukatakan bahwa saling jatuh cinta itu menyenangkan, namun sendiri jatuh cinta jelas menyakitkan. maka aku tak ingin sendiri jatuh cinta lagi.
dudul.