senin siang di hari yang hujan, aku sempat menangisi ibumu dengan suara yang membuat teman-temanku kaget di ruangan sebelah. tiket kereta keberangkatan terakhir kudapatkan dengan tergesa dan yeah aku sendiri tidak tahu mengapa secara tiba-tiba aku melakukan ini. aku hanya memikirkanmu, ingin segera menemuimu dan mengingat-ingat kembali bahwa saban hari adalah terakhir kali aku berbincang dengan ibumu. tentu saja, ada rasa kehilangan yang tak bisa kujelaskan. aku seperti kehilangan seorang ibu sendiri.
dua hari setelah kepergiannya, ada kekosongan yang tak seorang pun bisa mengisi. segalanya tak lagi sama. kau membenamkan wajah di balik bantal yang mungkin saja beberapa hari yang lalu masih dipakai ibumu sebelum kepergiannya. merasakan tangisanmu, sekali lagi, seperti pilu yang tak bisa kuperbaiki. kau butuh waktu untuk sendiri dan aku terlanjur di sini.
sempat kudapati kau memandang potret hitam putih, potret masa kanak-kanakmu dan tentu saja ada ibumu di sana. hal-hal seperti itu tidak akan menghiburmu atau mengurangi kesedihanmu. air matamu tak bisa kau sembunyikan bahwa kau begitu merindukannya, atau mungkin saja sebuah perkara lain bahwa kau belum bisa memberikan yang sepatutnya seorang anak berikan. tak ada yang bisa kau salahkan dan tak ada yang bisa kulakukan untukmu bahkan sekedar mengajakmu berbicara. dan seandainya saja aku bisa mengajakmu berbicara lantas apa yang harus kukatakan? sementara aku sendiri kehilangan kata-kata. haruskah kuberi kau pelukan lantas mengatakan aku menyayangimu? kurasa luka dan kedalaman perih di sepasang matamu yang membuatku semakin jatuh cinta.
kau tahu, kali ini aku tak ingin menulis kalimat-kalimat yang menyedihkan, dan juga sudah terlalu banyak yang menyerukan agar kau menjadi lelaki yang sabar dan kuat. aku juga bisa melakukan itu tetapi toh aku merasa tak ada gunanya. lantaran di mataku, kau sudah menjadi lelaki yang kuat dan penuh kesabaran. jika bisa aku hanya ingin berada di sampingmu, tentu saja untuk menemanimu, melihatmu tersenyum kembali bahwa kau bisa melewati segalanya dan kita sepakat bahwa kehilangan adalah pelajaran yang mendewasakan. aku akan selalu mendoakan ibumu. aku menyayangi kalian.
lekaslah membaik.
dudul.