tidak ada balasan untuk pesan yang kukirim sebulan lebih yang lalu, hingga beberapa waktu yang lalu aku mengetahui bahwa kau baru saja melamar perempuan pilihanmu. akhirnya kau pergi, sekali lagi. maksudku, kau yang lebih dulu pergi di antara kita. setelah mengetahui kabar bahagiamu, aku diam beberapa saat tanpa tahu harus berbuat apa. seluruh tubuhku kaku, barangkali aku masih mencerna segalanya.
lantas aku merasakan gerah, kemudian dengan tidak tertahankan lagi, maka air mata tak bisa kuelak. mereka jatuh. deras. tanpa ampun.
lewat tengah malam, kuputuskan untuk menelepon mom tanpa peduli apakah dia sudah tertidur atau masih terjaga. lalu aku menangis sejadi-jadinya. mom panik dan juga ikut menangis, mom tidak bisa berkata-kata, begitu juga denganku. aku begitu sakit, sekali lagi. akhirnya dad mengambil alih dan memaksaku menceritakan segalanya. dan yeah, seperti anak kecil yang kehilangan mainan kesukaan, maka aku menangis sejadi-jadinya sembari menceritakan kabar bahagiamu. seketika aku merasa sangat menyedihkan.
yang mom dan dad tahu adalah ini patah hati pertamaku. lantas dad memutuskan ingin menyusulku ke sini, tapi aku melarangnya. lantas dia memintaku untuk segera pulang dan yeah sepertinya memang aku harus pulang. aku ingin dipeluk mom. aku ingin dad tidak mengkhawatirkanku.
keesokan harinya, mom dan dad rutin secara bergantian menelponku tiga jam sekali. mereka begitu takut jika aku melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. mom sepenuh hati menghiburku. menguatkanku. meski air mata masih saja terasa ingin meluap. di saat yang sama, ingatanku kembali dua tahun yang lalu, bahwa aku sudah pernah melewati fase ini sebelumnya. maka kupikir aku akan baik-baik saja.
keesokan harinya, mom dan dad rutin secara bergantian menelponku tiga jam sekali. mereka begitu takut jika aku melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. mom sepenuh hati menghiburku. menguatkanku. meski air mata masih saja terasa ingin meluap. di saat yang sama, ingatanku kembali dua tahun yang lalu, bahwa aku sudah pernah melewati fase ini sebelumnya. maka kupikir aku akan baik-baik saja.
hanya saja, mom tidak tahu bahwa pagi itu ketika dia menelepon aku sedang dalam perjalanan menepati janji dengan seorang teman untuk mengunjungi pemutaran film-film eropa. aku hanya berusaha sekuat yang kubisa melupakan segala hal yang membuatku kalut semalam. yang terjadi adalah aku begitu menikmati kehadiran dan peran orang-orang di sekitarku hari itu, dan bodohnya aku baru menyadari bahwa mereka sangat berharga. aku bersyukur memiliki mereka.
percayalah setelah ini tidak akan ada lagi air mata untukmu, aku mendoakan untuk segala hal yang kau perjuangkan.
dudul.