sejak setahun yang lalu saya tidak pernah menyangka jika suatu hari saya akan menulis surat untuk kamu. maka kamu harus berbangga lantaran saya menulis surat hanya untuk orang-orang yang istimewa bagi saya, dan yeah seperti yang pernah kamu katakan bahwa arah angin tiba-tiba berubah. yang sebenarnya terjadi sejak kali pertama saya melihat kamu adalah perasaan ini datang dengan begitu tenang. saban hari, yang selalu saya lakukan adalah mengamati dan menikmati gerakmu dari jauh. jika ada yang bertanya seperti apa dirimu, maka hanya ada satu hal yang bisa kukatakan, bahwa kamu adalah lelaki yang sederhana, bahwa saya masih ingin melihatmu lebih lama lagi.
saat itu saya tidak yakin apakah saya jatuh cinta atau saya hanya kembali terlena dengan adanya gambaran dirinya dalam dirimu. sejujurnya, kamu mengingatkan saya dengan kehilangan. dan tentu saja kerap kali saya memikirkan hal-hal yang membuat diri saya sendiri takut. misal, apa jadinya jika kamu atau saya akhirnya pergi. sebelum bertemu denganmu saya telah melalui banyak kehilangan. saya pernah mengenal seorang lelaki tepat ketika saya berulang tahun yang ke-23. masih terlalu dini bagi saya untuk jatuh cinta dan diam di satu perasaan yang sama selama beberapa tahun.
pada permulaan umur tersebut, kami saling mengenal seakan-akan kami hidup bersama. dia menceritakan tentang hidupnya, maka saya menjadi pendengar setianya. hingga saya memutuskan untuk sesering mungkin menulis berpuluh-puluh surat (yang tak pernah sampai) untuknya. semakin lama hubungan kami menjadi rumit, tarik ulur, bahkan datang dan pergi, lantas saya bertahan di satu titik berharap kelak akan terjadi perubahan besar tentang segalanya. hingga di suatu malam tanpa kesengajaan, terjadi sebulan yang lalu, saya mengetahui bahwa dia telah melamar perempuan pilihannya maka yang bisa saya lakukan adalah menangisinya dan menangisi diri saya sendiri. lantas menyadari bahwa saya tidak diinginkan lagi, bahkan hanya untuk sekedar bermain-main dengan perasaan. bulan ini dia akan menikah dan tentu saja telah kuucapkan selamat dan salam perpisahan. dia benar-benar telah pergi dan tidak akan kembali lagi.
maka di suatu malam saya mulai menyadari bahwa saya tidak ingin kamu pergi, lantaran saya lelah kehilangan. saya ingin menjadi perempuan yang berbahagia, sejak bertemu denganmu saya seakan menemukan kembali dan hal itu telah membuat saya berbahagia hingga ingin mencium pundakmu. tetapi, dengan semua yang telah terjadi dan untuk segala hal yang telah kita bagi, pada akhirnya kita tidak bisa berbuat apa-apa. katamu "semua kunci ada pada saya" yeah, kamu atau kita harus berusaha sedikit lebih keras untuk segala harapan-harapan terbaik yang kita inginkan esok hari. maka biarkan saya mengutip sebuah kalimat dari penulis kesukaan saya, bunyinya seperti ini "aku ingin menjadi tenang dan mencintaimu tanpa banyak kekhawatiran".
saat itu saya tidak yakin apakah saya jatuh cinta atau saya hanya kembali terlena dengan adanya gambaran dirinya dalam dirimu. sejujurnya, kamu mengingatkan saya dengan kehilangan. dan tentu saja kerap kali saya memikirkan hal-hal yang membuat diri saya sendiri takut. misal, apa jadinya jika kamu atau saya akhirnya pergi. sebelum bertemu denganmu saya telah melalui banyak kehilangan. saya pernah mengenal seorang lelaki tepat ketika saya berulang tahun yang ke-23. masih terlalu dini bagi saya untuk jatuh cinta dan diam di satu perasaan yang sama selama beberapa tahun.
pada permulaan umur tersebut, kami saling mengenal seakan-akan kami hidup bersama. dia menceritakan tentang hidupnya, maka saya menjadi pendengar setianya. hingga saya memutuskan untuk sesering mungkin menulis berpuluh-puluh surat (yang tak pernah sampai) untuknya. semakin lama hubungan kami menjadi rumit, tarik ulur, bahkan datang dan pergi, lantas saya bertahan di satu titik berharap kelak akan terjadi perubahan besar tentang segalanya. hingga di suatu malam tanpa kesengajaan, terjadi sebulan yang lalu, saya mengetahui bahwa dia telah melamar perempuan pilihannya maka yang bisa saya lakukan adalah menangisinya dan menangisi diri saya sendiri. lantas menyadari bahwa saya tidak diinginkan lagi, bahkan hanya untuk sekedar bermain-main dengan perasaan. bulan ini dia akan menikah dan tentu saja telah kuucapkan selamat dan salam perpisahan. dia benar-benar telah pergi dan tidak akan kembali lagi.
maka di suatu malam saya mulai menyadari bahwa saya tidak ingin kamu pergi, lantaran saya lelah kehilangan. saya ingin menjadi perempuan yang berbahagia, sejak bertemu denganmu saya seakan menemukan kembali dan hal itu telah membuat saya berbahagia hingga ingin mencium pundakmu. tetapi, dengan semua yang telah terjadi dan untuk segala hal yang telah kita bagi, pada akhirnya kita tidak bisa berbuat apa-apa. katamu "semua kunci ada pada saya" yeah, kamu atau kita harus berusaha sedikit lebih keras untuk segala harapan-harapan terbaik yang kita inginkan esok hari. maka biarkan saya mengutip sebuah kalimat dari penulis kesukaan saya, bunyinya seperti ini "aku ingin menjadi tenang dan mencintaimu tanpa banyak kekhawatiran".
nila