F.

pemakanaman tak ubahnya dadaku sore itu; getir dan sebuah usaha membenamkan gemuruh rasa. ingin sekali kupasung langkahmu agar segala pertanyaan yang menggantung di ujung lidah tidak akan menemui takdir lain selain kematian.

jika jemarimu gemar menulis cerita, maka dadaku ialah buram kertas yang sengaja kaubiarkan kosong tanpa cerita berfigura. untuk kita, nyatanya, pelangi tak akan selalu berwarna. riuh tawa hanya menghadirkan kecemasan dengan banyak nama.

lantas ada debar tak berusia yang kerap kuhiasi dengan banyak bunga tak berwarna. serupa malam yang selalu menghadirkan gegap gempita lampu-lampu jalan, sementara kita berada di balik jendela memandang kegelapan yang paling kekal.

akhirnya, untuk segala pertanyaan maka tak ada yang lebih berarti dari jawaban sewarna sendu. barangkali, aku kan mencaci diri sekali lagi, sebab merawat keegoisan di detak yang sama; ialah janji pelukan dari lengan yang sejak mula ditakdirkan tak pernah sampai. dan, selalu, kehadiran tak pernah tinggal lebih lama.

tak akan bisa kupahami episode kali ini, sebuah usaha tak pernah berarti apa-apa, sebab segalanya telah kaupastikan mati pada detik pertama rayu jemarimu menyentuh daun pintu dengan sekali ketukan.

_____

makassar,
juli 2018