surat ke-105

(makassar, juni 2019)

pada malam-malam di mana saya tidak bisa tidur, saya malah membayangkan kematian. saya memikirkan bagaimana kehidupan setelah jiwa dan raga kita terpisah. apakah saya akan baik-baik saja? apakah orang-orang yang kutinggaklan akan baik-baik saja? apakah mereka menangis untuk saya?

dan pada malam-malam di mana saya tidak bisa tidur, saya juga merasa ada banyak hal yang tidak bisa saya ikhlaskan; mimpi, pencapaian hidup, angan-angan yang hanya ada di kepala dan entah kenapa terasa sulit untuk menjadi nyata. tidak terkecuali, kegagalan-kegagalan yang menjadi beban. saya bahkan tidak tahu, apakah hidup yang saya jalani ini adalah sebuah kegagalan.

terlepas dari semua pemikiran itu saya juga merasa perlu dan harus untuk belajar melepaskan. maksud saya, melapaskan apa saja. saya merasa bahwa melepaskan adalah jalan terakhir. karena pada akhirnya, mau tidak mau, siap tidak siap, kita harus mengalami yang disebut "melepaskan".

dudul.