ada ketakutan yang sejak mula seolah mengambil ruang kecil di dada. kemudian, perlahan ia mengambil lebih banyak lagi dan lagi. kini tak ada lagi ruang yang tersisa. aku sesak.
kau salah satu dari sekian banyak hal dalam hidup ini yang membuatku belajar tentang arti menerima dan cukup. bahwa menyayangi tidak harus selalu bersama. dan kusadari belajar memang tak harus berhenti ketika kita merasa bahagia saja.
kesedihan akan selalu datang, tentu saja setelah kebahagiaan. keduanya adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. seperti roda yang selalu berputar, di atas kemudian ke bawah. selalu seperti itu. lagi-lagi hidup adalah persoalan menerima. sementara cukup adalah bagian di dalamnya.
pada malam di mana aku tidak bisa tidur. aku berpikir apa jadinya jika waktu itu aku tidak berharap. nyatanya, harapan membuat segalanya jadi menyenangkan, bukan? seolah tidak peduli dengan apa yang akan terjadi di hari mendatang. kita hanya berharap dan berharap. dan hal itu yang membuat kita lupa bahwa harapan kadang tidak selalu berhasil. yang juga pada akhirnya membuatmu bosan.
aku membohongi diri ketika kukatakan aku tidak berharap apa-apa. aku sangat berharap, dan menyebut namamu dalam setiap doa adalah bagaimana aku merawat harapan. suatu hari, aku meminta kau untuk mengaminkannya dan kau setuju. artinya aku tidak berharap sendiri. ada kau. maka dari itu aku makin giat dan tak ada yang menghalangiku berdoa untuk kita.
tetapi, Tuhan pasti sedang tertawa mendengar doaku. sia-sia. itu yang kurasakan saat ini. dan pasti, Tuhan semakin tertawa. ini hukuman. aku yakin Tuhan menghukumku, entah atas kesalahan apa yang telah kuperbuat di masa lalu.
oh! ini bukan prasangka buruk. hanya saja, aku sadar diri. ketahuilah, ini sikap positif terhadap apa yang Tuhan berikan kepadaku. setidaknya, kesadaran diri tersebut memiliki makna ganda. Tuhan sedang menghukumku atau Dia sedang mengujiku tentang seberapa kuat aku bisa bertahan?
aku berharap kau mengetahui dan memahami bahwa aku sekuat yang kubisa telah dan akan mempertahankan kehadiranmu. jika kau bertanya kenapa? bahwa kau begitu rapuh dan aku seolah bercermin kepadamu. kupikir kita bisa saling menguatkan dan menjalani hidup yang lebih baik dari ini. “bawa aku ke manapun kau ingin.” itu yang ingin kukatakan padamu jika kita bertemu nanti.
aku ingin kita bisa berjuang bersama seperti saban hari yang kukatakan kepadamu. “aku ingin merawat; entah itu seseorang atau perasaan, atau keduanya.”. ini jelas melelahkan tetapi aku merasa sayang dengan doa-doaku untuk kita.
nyatanya, aku telah lelah kehilangan, aku ingin menemukan. tetapi jika suatu hari kau benar-benar pergi dan menjalani kehidupan yang lebih baik—yang bukan denganku—aku akan kembali menerka-nerka kejutan apa lagi yang Tuhan persiapkan untukku. akankah (pada akhirnya) menyenangkan?
never yours.
p.s. aku begitu merindukanmu. bahkan jauh sebelum hari ini. dan mungkin aku akan selalu merindukanmu jika kita tidak ditakdirkan bertemu. dan kuharap kau selalu mengingatku.