surat ke-110

(makassar, februari 2020)

hari itu, di suatu sore yang basah dan syahdu kulihat langit sedang memancarkan warna kemerahan, rupanya itu adalah warna langit senja. aku jadi teringat cerita pendek pada sebuah buku yang berjudul ‘sepotong senja untuk pacarku’ yang ditulis oleh seno gumira ajidarma. maka untuk merayakan ingatan kecil itu, aku bergegas masuk ke dalam kamar kemudian berbaring di tempat tidur sambil memutar ulang sebuah rekaman aktor kesukaanku, abimana aryasatya, ketika ia membacakan cerita pendek tersebut.

rekaman dalam bentuk video itu telah kuputar berulang-ulang kali hingga aku tidak tahu sudah berapa kali aku melakukannya. tentu saja, aku menyukainya karena suara abimana terdengar begitu manis dan menenangkan, sekaligus menggairahkan. sejujurnya, itulah satu-satunya alasanku mengapa aku sering memutarnya; abimana dan suaranya. yang pada akhirnya juga membuatku menyukai cerita pendek tersebut.

kau tahu, dua bulan terakhir ini, setiap kali aku mendengarkan rekaman tersebut terkadang aku mengingatmu, lantas kerap berpikir bagaimana caranya kukirim senja untukmu? tentu saja aku tidak ingin melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan sukab untuk alina. aku berpikir dan berpikir, lama sekali, hingga akhirnyapada sore yang basah dan syahdu ituaku menyadari bahwa bagaimana jika kukirimkan saja kau buku tersebut. maka keesokan harinya, dengan tidak sabar aku mengunjungi toko buku terdekat dan mencari buku yang kumaksud.

ada sepotong senja untuk pacarku?
ada.” jawab petugas toko buku sambil berjalan menuju deretan rak di mana buku tersebut tersusun rapi dalam tumpukan yang jumlahnya masih lumayan banyak.

di dalam hati aku memekik kegirangan. aku begitu bahagia bahwa sebentar lagi sepotong senja akan sampai di tempatmu. lantas, setelah menyelesaikan urusan dengan kasir toko buku tersebut, langsung saja aku menuju kantor pos. aku menulis nama dan menyalin alamatmu yang sebelumnya telah kucacat pada sebuah journal harianku. semuanya kutulis perlahan pada secarik kertas dan memasukkannya ke dalam amplop cokelat bersama dengan buku ‘sepotong senja untuk pacarku’ dan sebuah buku lagi yang pernah kujanjikanyang bercerita tentang seorang lelaki tua yang gemar marah-marah.

pengiriman itu empat hari yang lalu, apakah sepotong senja itu telah sampai? kali ini aku sedikit khawatir. tentu saja ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi, dan sebetulnya itu hanyalah ketakutanku saja. entah salah alamat atau hilang di antara banyaknya paket yang harus diantar secara bersamaan ke alamat yang berbeda.

bagaimanapun, jika sepotong senja itu telah sampai di tanganmu, maka bacalah setiap kali kau sedang istirahat kerja setelah makan siang, atau sepulang dari kantor, atau pada saat sebelum tidur. bacalah setiap halamannya dan temukan bahwa aku sangat ingin bersamamu saat ini dan di masa mendatang, sesuai dengan apa yang kuangankan. jika sepotong senja itu telah sampai maka semuanya berjalan sebagaimana mestinya,

kecuali satu hal; sebuah kenyataan bahwa kau bukanlah pacarku!


nila