surat ke-117

(makassar, februari 2021)

if you have to leave, then leave. i'm fine really. seperti sebelum-sebelumnya, saya tidak ingin menahanmu karena kamu pantas untuk bahagia. menemukan yang lebih baik. kembali menuliskan perihal perasaan saya ke kamu sangatlah tidak penting. tidak ada yang peduli, bahkan saya pun sepertinya sudah lelah untuk mengulang. tetapi, kali ini, izinkan saya menyampaikan.

kamu pasti setuju, bahwa losing someone we love is never easy. kamu bukanlah satu-satunya kehilangan yang pernah saya rasakan. tetapi dengan kamu—yang pada mulanya saya yakini sebagai pasangan jiwa—saya belajar lebih banyak lagi. tentang penerimaan, ikhlas, unconditional love, no expectation attached, and no need to return.

sebelum mengenal kami seperti sekarang ini, saya sangatlah egois. dengan keegoisan itu, saya menjadi perempuan picik. hidup saya seolah tidak tenang, sebab saya menuntut segala sesuatu berjalan sesuai kemauan. saya pun menjadi tidak jujur dan tidak setia. saya begitu kekanak-kekanakkan dan tidak mengerti arti sebuah cukup. jika mampu mengulang waktu, saya ingin memperbaiki bagian yang itu.

sejujurnya, setiap momen yang telah saya rasakan dan alami bersamamu, it's amazing. meski tidak banyak dan tidak selalu bahagia, tetapi sebuah kesenangan bagi saya bisa berbagi apa saja yang bisa kuberikan. saya pun bersyukur bisa merasakan hal-hal yang membuat saya selalu belajar. kamu adalah salah satu hal terbaik yang pernah ada di hidup saya. and when i said "i love you", i mean it. semoga kamu segera menemukan seseorang yang juga bisa membuatmu bahagia ketika mengatakan itu kepadanya, like i did.

apa yang kutulis selanjutnya adalah bentuk ketabahan yang bisa kulakukan. bahwa pada suatu waktu, ketika dengan sengaja kamu melukai perasaan saya, sejujurnya saya menangis berhari-hari. saya menangisi diri sendiri untuk kekecewaan yang maha besar yang rasa-rasanya telah memenuhi setiap sel dalam tubuh saya, hingga membuat saya tidak ingin memercayai siap-siapa lagi. di saat-saat tertentu, saya kerap meminta izin kepada sahabat saya untuk mengambil waktu sebentar dan menangis. hal ini kulakukan setiap kali kami selesai mengobrol. lantas, saya menangis semampu yang saya bisa. lagi-lagi saya belajar menerima. merasakan segala sakit sembari duduk di lantai kosan dengan memeluk lutut dalam-dalam. fase itu adalah fase terberat, tetapi saya harus menerimanya. life is beautiful and messy and never goes according to plan.

pada masa-masa itu, saya tidak pernah mencoba untuk mengalihkan perhatian dari rasa sakit dan kecewa. saya tidak pernah pura-pura bahagia. dan juga tidak pernah meminta ditemani oleh seseorang agar pikiran saya teralihkan. just let it be and breathe. setiap pagi, saya selalu siap untuk kembali merasakan sakit. saya menerimanya, tidak memendam, dan betul-betul memahami bahwa perasaan-perasaan seperti itu juga patut dihargai. karena saya tahu, bagaimanapun bentuknya, sesuatu yang dipendam kelak akan meledak dan bisa saja merusak. saya hanya memaknai segalanya dengan pemikiran yang lebih bijak. bahwa barangkali waktu utnuk kita telah habis. sederhana saja, people come people go. dan proses pendewasaan saya hingga menjadi seperti sekarang ini adalah dengan bantuan kamu.

jadi, jika saat ini yang terbaik untuk kamu adalah pergi dari saya, maka pergilah. jika di luar sana ada yang lebih pantas dan terbaik utnuk kamu, maka temukanlah. saya juga harus melakukan yang sama. bukan karena perasaan saya telah berubah, tetapi ada beberapa hal yang tidak bisa diperjuangkan dengan hanya seorang diri. meski, pernah suatu waktu saya begitu yakin dengan kamu, menerima segala kekurangan dan memaafkan segala hal buruk yang telah berlalu. tetapi, sepertinya saya sudah tidak bisa lagi. sejujurnya, beberapa hal terasa berat.

beberap waktu lalu, saya menemukan sebuah kalimat seperti ini, "kita akan selalu cukup di mata mereka yang tepat". lantas, saya kembali mengingatmu. saya akhirnya memahami bahwa bagi kamu saya tidak pernah cukup. tetapi, bagi saya you're enough. you're everything. kamu berharga. i love you, but you don't. it's okay.

jika kamu bertanya kenap saya bisa seikhlas dan setabah ini memberi kamu ruang di dalam hati saya, maka jawabannya sangatlah sederhana. kita hidup hanya sekali. maka, dari beberapa hal yang telah terjadi, saya menyadari bahwa bagaimanapun hidup berjalan, saya harus menikmatinya. sedih, bahagia, takut, dan kecewa adalah bagian dari bagaimana kita menjalani hidup. setelah sedih pasti ada bahagia, setelah bahagia akan selalu ada sedih. begitu seterusnya hingga kita benar-benar pergi ke tempat yang sangat jauh. kata orang di sanalah letak keabadian.

maka, temukanlah kebahagiaan yang bisa menggantikan kesedihan. temukanlah sesorang untuk berbagi bahagia, sedih, begitu pula sepi. hiduplah dengan baik, dengan selalu mengingat Allah.

dudul.