surat ke-120

 (makassar, oktober 2021)

pada suatu siang yang cukup terik, di hari ulang tahunku yang ke-31, saya berdiam lama di balik kemudi. beberapa menit sebelumnya saya masih berada di kantor, lantas meminta izin untuk pulang lebih awal dengan beberapa alasan yang kubuat-buat. hari itu saya seolah ingin menyendiri, tak ingin berinteraksi dengan siapapun. saya hanya ingin meresapi dan memahami segala hal yang telah terjadi pada beberapa tahun ini. jadi, begitulah. akhirnya saya berada di dalam mobil, duduk di belakang kemudi, menyalakan pendingin, dan memutar lagu secara acak. lantas, diam dan membiarkan kepalaku menjadi begitu liar.

telah banyak notifikasi di handphone-ku, semuanya ucapan selamat untuk ulang. tapi tak ada satu pun yang kubuka. saya membiarkannya begitu saja, toh nanti juga akan kubaca. dan orang yang mengirimi kita ucapan seperti itu, biasanya tidak akan menunggu untuk dibalas. bukan berlagak sok penting atau tidak peduli, apalagi tidak menghargai. hanya saja, saya tidak ingin merusak "acara diam" siang itu dengan memikirkan balasan apa yang harus kukirim. lebih daripada itu, saya merasa sangat bersyukur dan bahagia dengan kepedulian mereka.

hari itu, saya hanya ingin lebih menyadari dan membuka perasaan saya seluas yang kubisa. membiarkan perasaan saya bebas untuk lebih memaafkan. memberi pengampunan untuk diri sendiri dan untuk orang-orang yang pernah hadir dan menyakiti dengan sengaja. lebih belajar mengikhlaskan dan menerimanya sebagai bagian dari hidup yang tak bisa dielak.

saya tidak bisa menghitung berapa lama saya berada di dalam mobil tanpa melakukan apa-apa. tapi, jika menebak mungkin saja sekitar empat puluh menit. lantas, apa yang mendorongku untuk kemudian menggerakkan kemudi adalah keinginan untuk melakukan perjalanan. perjalanan kecil yang tidak juga terlalu jauh dan tidak juga hanya berkeliling di dalam kota.

maka siang itu, setelah pulang ke rumah untuk mengambil beberapa keperluan perjalanan, saya akhirnya melakukan perjalanan keluar kota. melewati pinggiran laut, sembari memandang langit yang cukup cerah dengan banyak gumpalan awan yang menggantung. terlihat cantik dan sempurna seperti gambaran langit dalam sebuah buku dongeng. saya berpikir, mungkin saja matahari juga memberiku ucapan selamat ulang tahun hari itu.

ketika melewati pinggiran laut, pandanganku teralihkan ke permukaan air laut yang berkilau tertimpa cahaya matahari. seperti kumpulan ikan-ikan kecil melompat di antaranya. pantulan cahaya itu menyilaukan mata saya, namun tidak mengganggu. malah terlihat indah dan menenangkan. saya memikirkan bahwa kilau yang kulihat itu adalah sebuah pertanda untuk hidup yang lebih baik dari sebelumnya. kilau yang mengantarkan daya hidup yang kuat dan optimis, sekaligus kemurungan. di saat yang sama, saya mengingat segala hal tentang diri saya. tetapi semakin saya mengingat, semakin saya tidak menemukan apa-apa tentang diri saya di masa lalu. ingatan itu seolah-olah lenyap. yang muncul hanya ingatan yang terpotong-potong, kalaupun disatukan akan terasa tidak bermakna.

saya juga menyaksikan matahari terbenam, warna orange langit sore itu mengingatkan saya denganmu. sial! lagi-lagi kau hadir tanpa kuinginkan. ada pula bulan menggantung jika kutolehkan pandanganku ke sisi kanan. beberapa kali kupandangi sekilas di balik pohon-pohon yang ada di pinggiran jalan. bersamaan dengan itu, lampu-lampu dari rumah dan gedung yang kulewati menyala dengan tenang lantas aku kembali memusatkan perhatian ke arah jalan di depanku. hari ini menyenangkan, batinku.

dengan duduk di kursi kemudi, aku melirik jam tanganku untuk memastikan sudah berapa lama saya berada di jalan, tapi sesaat saya tersadar bahwa jarum jamku tidak bergerak, baterainya belum kuganti, bahkan saya lupa sudah berapa lama saya membiarkannya begitu. seolah-olah waktuku tidak bergerak. aku menarik napas dalam-dalam. di hadapan senja saya merasa sesuatu telah berubah dalam diriku. seolah tubuhku telah dibongkar lalu disatukan kembali ke dalam susunan baru. saya seolah menjadi manusia baru, dengan pemikiran dan perasaan yang ikut berubah terhadap segala hal yang pernah dan akan kualami.

setelah melalui beberapa jam perjalanan, saya akhirnya kembali ke rumah dengan perasaan lega. seolah semua energi dan pikiran buruk terbang tertiup angin selama perjalanan. sebelum hari itu berakhir, saya menyempatkan untuk membeli kue ulang tahun untuk diri saya sendiri. kue yang kubeli lumayan besar, jika dilihat-lihat saya tidak akan sanggup menghabiskannya seorang diri. bentuknya kotak, dengan beberapa lapisan bolu warna-warni. di bagian atasnya kuminta kepada pegawai toko untuk menambahkan tulisan doa. semoga banyak kebahagiaan yang datang setelah hari ini. saya juga membeli makan malam, sebenarnya saya tidak terlalu lapar, tapi hanya untuk berjaga-jaga apabila saya lapar di tengah malam, maka saya membeli seporsi makan malam seadanya.

malam itu, saya mengamati lekat-lekat kue ulang tahun yang telah kutelatkkan di hadapanku. di sebelahnya kusediakan piring kecil dan garpu. lalu kembali ke dapur mengambil pisau untuk memotong kue. lantas kembali duduk dan pikiranku kembali menerawang. entah sejak ulang tahun ke berapa saya selalu merasa sedih di hari ulang tahun sendiri? meski beberapa kali saya merayakannya bersama teman-teman ketika masih tinggal di bogor, tetapi tetap saja saya merasa sedih setelahnya. lantas mata saya terasa hangat pertanda air mata akan keluar. sedetik kemudian, kubiarkan diri saya menangis. saya menangis dalam diam dengan pikiran dan perasaan seolah siap menutup buku yang tengah kutulis. saya ingin memulai menulis lagi pada halaman awal sebuah buku kosong dengan jumlah halaman yang tebal. saya ingin menulis banyak cerita menyenangkan. 

saya teringat, suatu hari ketika saya melanjutkan bacaan novel yang sudah setengah kubaca, saya menemukan ada bagian di mana saya kembali diingatkan tentang hari terakhir kita bertemu. alur dan adengannya sama persis. tak ada firasat bahwa sore itu adalah kali terakhir kita bertemu. hanya lambaian tangan dan doa yang kutitipkan pada angin sehabis hujan. "hati-hati di jalan." adalah ucapanku yang terakhir sembari memerhatikanmu berkemas dan melipat jas hujan. kau menampilkan senyum di wajah hasil dari menghabiskan hari bersama. adakah yang lebih berwarna sore itu, selain pelangi yang muncul di antara kedua tatapan mata kita?

kenangan itu begitu jelas, bahkan saya pun heran kenapa semua detail itu begitu membekas dan tersimpan baik di kepalaku. barangkali hanya itu hal-hal baik yang bisa kukenang darimu. dan untuk semua yang telah berlalu, saya kerap memikirkan jika saja kita tidak pernah bertemu. jika saja sore itu saya tidak membalas pesan yang kau kirimkan. waktu itu, saya tidak membayangkan bahwa sebentar lagi kau akan menyelinap masuk ke kehidupanku hingga membuatku menjalani alur hidup yang penuh pembelajaran. seandainya kau tak ada, semua kejadian dan kelakuan buruk yang kita perbuat terhadap satu sama lain tidak akan terjadi. tetapi jika tidak seperti itu, saya tidak akan belajar. bagimu, apa perbedaan antara kehidupan pada masa lalu yang ada saya di dalamnya dan kehidupan masa kini tanpa saya di dalamnya?

untuk saat ini pun, saya ingin mengatakan "hati-hati di jalan." untukmu, untuk saya. seperti yang pernah kutulis di suratku sebelumnya, kita hidup untuk menemukan kebahagiaan. maka ucapan hati-hati sangat sesuai untuk menuju ke sana.

dudul.