surat ke-128

(solo, september 2022)

di stasiun pasar senen, aku menelepon mom untuk mengabarkan kalau keretaku sebentar lagi akan berangkat ke solo. namun, aneh sekali, mom tiba-tiba menangis. "anakku cepat pulang, ya. sudahilah pergimu. kasihan anakku." aneh sekali, padahal aku sedang bahagia dan baik-baik saja.

kereta yang kutumpangi tiba di stasiun solo-balapan tepat pukul enam pagi. aku dijemput oleh kak roos yang sudah menunggu di depan pintu keluar stasiun. aku akan menginap di rumahnya untuk beberapa hari. suatu keberuntungan mengenal kak roos ketika menghadiri MIWF saban hari. sejak saat itu kami menjadi teman dekat. kak roos kuibaratkan sebagai seorang kakak yang tidak pernah kumiliki. 

pukul satu siang dengan dibonceng kak roos, aku dibawa untuk makan siang mi thoprak, lengkap dengan es dawet, serta dua cemilan manis berbahan dasar pisang yang namanya kulupa. tidak ketinggalan untuk makan malam, kami mengunjungi warung makan yang menyajikan menu bestik. aku memesan risoles kuah, sementara kak roos memilih bestik ayam. kedua hidangan ini kami santap bersama sembari ngobrol ringan hingga serius. hari pertama di solo berhasil membuatku ingin muntah lantaran perut yang terlalu penuh. perutku seperti ingin meledak. meski demikian, aku merasa sangat senang.

di hari yang sama, oleh kak roos, aku juga dikenalkan kepada satu penulis yang pada pertemuan pertama sudah membuatku kagum dengan kepribadiannya. mba sanie memiliki senyum yang sangat ramah, mengalirkan kenyamanan ketika mendengarnya bercerita. ketika sampai di rumah, aku bertanya kepada kak roos, "bagaimana bisa mba sanie memiliki kepribadian yang sangat menyenangkan seperti itu, kak roos?" aku meletakkan tas di meja dan rasa penasaranku masih berada di tempatnya. "mba sanie telah mengalami banyak hal dalam hidupnya. beberapa kepahitan hidup telah dialaminya. beliau pejuang kanker." jawaban kak roos mengusir banyak pertanyaan di kepalaku. aku akhirnya memahami dari mana kenyamanan dan ketulusan itu berasal. satu hal yang kusadari malam itu adalah dunia ini penuh dengan beragam kejutan, kenikmatan, dan semuanya sangat patut disyukuri.

keesokan pagi aku terbangun dengan tenggorokan yang serak dan lumayan sakit. aku buru-buru meneguk air putih dan seketika kusadari bahwa sakit tenggorokanku disebabkan oleh minyak yang lumayan banyak dari makanan yang kumakan di hari kemarin. tetapi, seperti tidak kapok, di hari kedua aku mengunjungi lagi beberapa tempat makan.

aku berkeliling solo seorang diri. dengan bantuan google maps aku berjalan kaki mengikuti arah sambil sesekali melihat layar handphone untuk memastikan aku sudah menyusuri jalan yang benar atau malah salah arah. kegiatan membaca maps selama bepergian adalah salah satu hal yang mengingatkanku dengan mantan kekasihku. hal tersebut akhirnya harus kupelajari setelah berpisah darinya. di waktu lalu, aku hanya mengekor lantaran ada dia yang mencari jalan, membaca maps. tetapi aku terlalu jemawa menganggap dia akan berada di sisiku selamanya.

maps yang menjadi pemanduku siang itu, membawaku ke titik tujuan. kusuma sari adalah rekomendasi kak roos. katanya itu adalah rumah makan tertua yang ada di kota. berbekal menu rekomendasi kak roos, aku akhirnya memasan selat segar dan kroket. keduanya kusukai. lelahku berjalan kaki terbayarkan dengan perut kenyang dan perasaan senang. lalu perjalananku berlanjut ke museum batik danar hadi. di tempat ini aku terkagum-kagum dengan banyaknya motif batik yang kujumpai, yang ternyata masing-masing motif memiliki makna tersendiri. yang membuat aku terharu adalah proses pembuatan selembar kain batik hingga siap digunakan tidak sesederhana yang dipikirkan. lagi-lagi aku menanamkan dalam hati bahwa sebuah proses adalah hal yang paling penting.

setelah melewati hari kedua dengan perasaan meletup-letup, akhirnya bisa kusimpulkan bahwa aku jatuh cinta dengan solo. diboncengan kak roos aku sambil berdoa agar diberi kesempatan berkunjung kembali. di hari ketiga, kak roos yang seolah menjadi pemandu wisata membawaku ke pasar gede. tentu saja, agenda kami tidak jauh-jauh dari manakan. setelah menikmati es dawet telasih, aku dan kak roos menikmati jajanan pasar lainnya sambil piknik ala-ala di depan balai kota. meski siang itu cukup terik dengan matahari yang terasa menyengat di kulit, tetapi kami senang. foto-foto, ngobrol, makan, dan melanjutkan perjalanan ke pasar antik yang tidak jauh dari pasar gede. aku berkeliling melihat-lihat barang bekas pakai yang kembali dijual. berada di pasar antik ini seperti menemukan rumah untuk jiwaku.

prinsip kami hari itu adalah pantang pulang sebelum kenyang. lantas, kami memilih tahu kupat untuk menutup jalan-jalan kuliner kami hari itu. rasanya manis, dengan banyak potongan tahu, mi, telur dadar, dan sedikit sayur. aku berpikir untuk membuat ulang tahu kupat ini pada saat pulang nanti.

seolah tidak merasa lelah, kak roos lalu mengajakku mengunjung rumah mba sanie. ini malam terakhirku di solo, maka akan kulewati dengan kesenangan yang tersisa yang diberikan Tuhan kepadaku. ketika tiba di rumah mba sanie, aku dihinggapi perasaan berbinar-binar. "rumah seperti ini yang kinginakn." aku membatin lalu berdoa sungguh-sungguh.

ruangan penuh buku-buku adalah salah satu yang menarik perhatianku. lantas, interior dan segala hal yang bisa mataku tangkap di rumah mba sanie adalah segala hal yang kuimpikan. kami melewati malam yang hangat ditemani segelas cokelat panas di hadapan masing-masing. jam terus bedetak dan waktu semakin memburu. seolah memberi peringatan untuk kebersamaan yang sebentar lagi harus berakhir. aku membenci bagian ini. sebelum pulang mba sanie memberiku buku yang pernah ditulis olehnya, lengkap dengan pesan kecil di halaman depan.

sejujurnya, mba sanie adalah salah satu yang menginspirasiku. aku mengagumi pribadinya yang juga membuatku ingin seperti beliau. aku bersyukur bahwa hingga hari itu, perjalanan yang kulakukan telah memberiku hal-hal baik. dan tentu saja aku mensyukurinya. di hari keempat, aku berangkat ke jogja. semoga segalanya berjalan lancar.

seperti kedatanganku yang dijemput oleh kak roos, maka keberangkatanku ke tujuan selanjutnya juga diantar oleh orang yang sama. sebelum berpisah, aku memeluk kak roos diiringi perasaan haru, dadaku sesak dan kutahan air mataku. aku sangat bahagia dengan segala hal yang kulalui di solo. ucapan terima kasih seolah tidak cukup untuk semua yang dilakukan kak roos untukku.

keretaku perlahan berjalan menjauhi kota solo yang diam-diam membuatku jatuh cinta. kupandangi matahari terbenam melalui jendela kereta. di kepalaku  hadir narasi-narasi indah tentang segalanya. perasaanku penuh. meski saat itu fisikku sudah sangat lelah tetapi aku menikmatinya. tidak pantas bagiku untuk mengeluh dengan semua kenikmatan yang diberikan olehNya.

kupandangi kedua kakiku yang terbungkus sepatu merah kusam. sebentar lagi aku akan tiba di jogja. banyak kenangan masa muda di sana. lantas, membuatku menerka-nerka apakah jogja masih sama sejak terakhir kukunjungi enam tahun lalu? apakah ketika tiba di sana, perasaan sedih, senang, dan kecewa itu masih ada? bersamaan dengan itu, aku mulai memikirkan jadwal untuk kegiatanku ketika sudah berada di sana.

nila.