surat ke-129

(yogyakarta, september 2022)

tepat pukul enam petang, keretaku tiba di stasiun yogyakarta. lantas, sebuah pesan singkat dari inun mengawali hari-hariku di kota ini. inun adalah kenalan baru yang dikenalkan oleh kak roos, dan sungguh sangat kebetulan inun juga berasal dari makassar. selama di yogyakarta, aku menginap di tempat inun. inun adalah pemilik salah satu toko buku yang cukup dikenal di yogyakarta. malam itu, aku memesan ojek online dan segera bergegas ke toko buku milik inun. kami janjian bertemu di sana.

tanpa menunggu hari esok, malam itu aku dan inun segera mengunjungi sebuah toko buku yang sudah lama ingin kukunjungi. lagi-lagi keinginanku untuk memiliki toko buku kembali meletup-letup. keinginan itu semakin kuat. aku jadi banyak memerhatikan, bertanya, dan belajar untuk itu.

malam pertamaku di yogyakarta, kututup dengan mengunjungi toko roti kesukaan inun, yang juga membuatku langsung jatuh cinta, dan beberapa hari ke depannya saya selalu menyempatkan diri ke sana lagi, lagi, dan lagi. seolah sebuah roti organik tidak cukup untuk malam itu, kami lalu mampir ke warung pecel lele. kami makan dengan lahap sambil membicarakan zodiak. kami sepakat bahwa kami memercayai zodiak. alasannya sangat sederhana, karena manusia selalu butuh kepastian.

ini adalah kunjunganku ke yogyakarta setelah lima tahun. lantas, aku menyadari bahwa banyak hal telah berubah. bagiku yogyakarta tidak seindah dulu. aku seolah mengunjungi kota baru. setelah berjalan-jalan di malioboro pagi itu, aku dan inun makan siang di pasar kranggan. meski namanya pasar, tapi makanan yang dijajakan bergaya barat. aku dan inun memesan sepiring besar steak lengkap dengan salad, saos, dan kentang goreng. setelah makan siang, kami kembali ke toko buku, ngobrol-ngobrol dengan pengunjung lain, membaca buku, dan menemukan satu buku puisi yang mencuri perhatianku.

di sore hari, aku berkunjung ke rumah mba tias di bantul. mengunjungi rumah mba tias adalah keinginanku sejak dulu. desain rumah dan vibes yang dihadirkan di sana sangat membuat betah. lagi-lagi yang mencuri pehatianku adalah sebuah ruangan terbuka yang berada di lantai dua, yang diisi sebuah rak buku berukuran besar, lengkap dengan banyak koleksi buku menarik. di lantai bawah terdapat dapur kecil, ruang tamu, dan ruang makan. sungguh sebuah kondisi di mana dua orang bisa hidup bersama dalam satu atap; mba tias dan suami. oh! dan satu ekor kucing lucu bernama popo. kami ngobrol banyak, makan malam bakmi goreng, dan aku dihadiahi beberapa buku menarik. tidak ketinggalan menyaksikan matahari terbenam di lantai atas. lagi-lagi, pengalaman di rumah mba tias adalah pemantik mimpiku, semoga bisa memiliki rumah seperti itu; hidup bersama pasangan dengan seekor kucing.

jadwal kegiatanku pada hari ketiga di yogyakarta adalah mengunjungi artjog. maka pagi itu aku keluar lebih pagi. pertama-tama, aku mengunjungi toko roti dan membeli moringa cookies serta cinnamon roll sebagai sarapan. lalu dengan kecepatan motor perlahan, aku dan inun sudah berada di jalan lagi, melewati beberapa lampu merah dan jalan-jalan yogyakarta yang terasa sangat asing. maka beberapa menit kemudian, kami tiba di sebuah warung soto.

karena inun tidak bisa ikut ke artjog, maka aku pun akhirnya pergi seorang diri. meski begitu pameran tetap bisa kunikmati hingga malam hari. sungguh sebuah pengalaman yang menyenangkan bisa menyaksikan karya seni yang dikerjakan dengan sugguh-sungguh. beberapa karya berhasil menarik perhatianku. pesan yang ingin disampaikan oleh perupa sungguh menyentuh hati hingga membuatku menitikkan air mata.

aku juga menyempatkan bertemu dengan seorang teman lama semasa kuliah pascasarjana di bogor. setelah janjian untuk bertemu, kami akhirnya bertemu sore itu. siapa sangka, setelah berpisah lima tahun, kami bertemu di yogyakarta. banyak hal yang kami bincangkan, masa lalu dan segala hal yang menyertai perjalanan kami hingga akhirnya bisa bertemu. melalui perbincangan itu aku menyadari bahwa kami telah bertumbuh. pribadi kami seolah telah berubah menjadi lebih matang. namun, jika ditelisik lebih jauh, teman lamaku ini tidaklah berubah di mataku. justru akulah yang banyak berubah.

ketika hendak berpisah lantaran waktu yang menghimpit, aku dihinggapi kesedihan. kami tidak pernah bertemu untuk waktu yang sangat lama, lalu bertemu kembali dengan waktu yang sangat sebentar. kami harus berpisah lagi, dan entah kapan bisa bertemu. di boncengan ojek online malam itu aku menangis diam-diam, seperti baru saja dipisahkan dari kekasih hati.

yogyakarta memberi kesan manis kali ini. meski banyak kenangan masa muda di sana, tapi segalanya sudah tampak asing. kenyataan saat ini lebih kompleks dan memorak-porandakan identitas serta segala kejadian yang tersimpan lama di kepalaku. aku seperti berkunjung ke tempat baru yang memberikan perasaan tidak nyaman. tetapi beberapa hal baru patut kusimpan lagi sebagai harapan untuk kembali.

nila.