surat ke-130

(jakarta, september 2022)

tadi malam, tanpa terduga dan perencanaan, seorang aditya menelepon untuk sekadar ngobrol, sepertinya dia butuh teman bicara. maka kuberi dia waktu, dan aku mendengarkan dengan perhatian yang terpusat. setelah obrolan selesai, lalu kami membuat janji untuk bertemu. hari ini. semua agenda diatur oleh aditya, ke museum, ke toko thrift, dan ke ikea. ikea? aku belum pernah ke ikea. katanya di sana akan menarik. satu kata itu cukup untuk menyetujui daftar kegiatan yang akan kami lewati.

sejujurnya, hari ini berjalan seperti mimpi. maksudku, tanpa kuduga, aku bertemu aditya. berawal dari komentarku pada sebuah statusnya di media sosial. lalu, panggilan telepon dan akhirnya janji temu. sungguh sebuah kejutan yang menyenangkan. namun, aku percaya tidak ada yang kebetulan di dunia ini. terlebih, aditya menghadiahiku sebuah mesin tik istimewa. pemberian ini sangat menyentuh hatiku. aku sudah menginginkan benda ini sejak lama. diam-diam kusebut dalam doaku saban hari.

museum yang kami kunjungi memberi pengalaman berbeda. tidak seperti museum-museum yang pernah kukunjungi sebelumnya. sulit kujelaskan. namun, dengan kesederhanaan, museum tionghoa ini terasa intim, kutemukan sebuah rasa dan doa di sana. kuyakini lalu kubawa pulang. sebelum melanjutkan ke toko thrift, kami mampir untuk makan sore. ayam taliwang adalah pilihan aditya. kami tiba di toko thrift bersamaan dengan matahari terbenam. satu hal yang kupikirkan selama berada di sana bahwa sebuah benda memiliki kenangan dengan pemiliknya terdahulu. lantas, melihat dan meraba benda-benda itu memberikan rasa yang ajaib sekaligus gamang.

malam ini hujan turun cukup deras. aditya memesan kopi untuk menemani waktu kami menunggu hujan reda. sembari ngobrol kami juga ditemani mooncake yang sebelumnya kubeli di perjalanan dari museum. malam ini menghadirkan ketenangan, bisa kurasakan di sela obrolan kami yang ringan sekaligus intim. terkadang diam dan menikmati rintik hujan, lalu mengobrol lagi. diam lagi. ngobrol lagi. akhirnya, hujan turun dengan intensitas sedang. sejujurnya, aku kesal ketika cuaca memunculkan tanda bahwa hujan akan reda.

kunjungan terakhir kami adalah ke ikea. berkeliling dan melihat-lihat lagi. ngobrol kecil-kecil lagi. tiba-tiba aku ingin esok menjadi hari yang jauh. hingga jam menunjukkan pukul sepuluh malam, aditya mengantarku pulang. aku kesal kenapa malam ini harus berakhir, sekaligus malu karena kegembiraan yang meluap-luap. seperti yang ditanyakan aditya, "happy, gak?" lalu kujawab dengan senyum paling lebar, "happy banget!" aditya tidak bisa melihat ekspresiku karena aku berada di belakang, di boncengan motor vespanya. terima kasih untuk kehangatan yang kau hadirkan.

nila.